Kemampuan Sistem Pertahanan Udara Yaman Meningkat Pesat, Keunggulan Udara Koalisi Saudi Tamat

Share

POROS PERLAWANAN – Situs berita Lebanon, al-Ahed menulis artikel tentang kegagalan Riyadh setelah berlalunya 6 tahun perang di Yaman dan di lain pihak, meningkatnya kekuatan militer Tentara Yaman.

Dilansir Fars, artikel yang ditulis Abu Nader itu berjudul “Yaman Tingkatkan Sistem Pertahanan Udaranya di Saat Saudi Kehilangan Perisai Udaranya”.

Di awal tulisannya, Abu Nader menyinggung berita tentang penarikan sistem pertahanan udara AS dari Kawasan, terutama Saudi. Menurut Abu Nader, awalnya banyak pengamat meragukan kebenaran kabar itu, namun akhirnya memercayai kebenarannya.

Abu Nader menyatakan, keputusan AS ini telah membuat Saudi syok. Menhan AS, Lloyd Austin memang telah memberitahu Muhammad bin Salman soal rencana Washington ini. Namun Putra Mahkota sekaligus Menhan Saudi ini tak memiliki banyak waktu untuk mengantisipasi kerugian akibat penarikan sistem pertahanan AS dan menggantikannya dengan yang lain.

Penulis meragukan dalih Washington yang menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk “memfokuskan aktivitas menghadapi Rusia dan China”. Menurut Abu Nader, jika itu alasannya, seharusnya Pentagon bisa menggunakan sistem-sistem pertahanan yang menumpuk di gudang persenjataannnya di AS, serta mempertahankan sebagian sistem pertahanannya di Kawasan, paling tidak di Saudi.

“Dengan semua perkembangan ini, rontoknya sebuah drone mata-mata AS di Sarwah di Provinsi Ma’rib oleh sebuah rudal darat-ke-udara telah menarik banyak perhatian. Drone tipe Scan Eagle ini adalah salah satu drone pelacak termahal di dunia senilai 11 juta dolar”, tulis Abu Nader.

Abu Nader berpendapat, pentingnya kejadian ini lebih dari sekadar rontoknya sebuah drone. Sebab sebelum ini, Yaman sudah berkali-kali menembak jatuh drone atau helikopter.

“Pentingnya hal ini ada dalam kemampuan rudal yang digunakan Tentara Yaman untuk merontokkan drone tersebut, sebagaimana yang terlihat dalam klip yang dipublikasikan al’ I’lam al-Harbi. Klip itu menunjukkan, rudal muncul dari arah atas drone, berlawanan dengan rudal konvensional sistem pertahanan udara yang biasanya meluncur dari arah bawah untuk mengejar asap yang keluar dari motor target”, tulis Abu Nader.

Abu Nader menyatakan, rudal itu juga menghancurkan drone dengan sensor ledak setelah berada di jarak yang pas, bukan seperti rudal-rudal konvensional yang langsung menghantam target.