Kemenlu Iran: AS Makin Terkucil, Pertemuan Anti-Iran di PBB Terbukti Gagal Dapatkan Momentum

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Jubir Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan bahwa AS “semakin terisolasi” karena pertemuan formula Arria Dewan Keamanan PBB yang anti-Iran gagal mendapatkan momentum, menyatakan bahwa upaya untuk mengisolasi Iran dari dunia akan gagal.

“Pelanggar hak asasi manusia yang terkenal dan pendukung kelompok teroris paling terkenal berkumpul di Formula Arria anti-Iran di New York dengan keyakinan yang salah bahwa mereka dapat mengutuk dan mengisolasi Iran”, tulis Nasser Kan’ani dalam sebuah posting yang diterbitkan di halaman Twitter resminya.

Dia menyoroti bahwa penyelenggara acara, melalui kediktatoran media, tidak mengizinkan perwakilan dari 19 negara yang menentang sanksi anti-Iran, termasuk Venezuela, untuk menyampaikan pidato di sana.

“Sebaliknya, Amerika Serikat membiarkan dua wanita terkenal [Shirin Ebadi dan Nazanin Boniadi], yang mendukung sanksi terhadap wanita dan anak-anak Iran, naik podium,” kata Kan’ani.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Pemerintah AS gagal di New York karena delegasi dari 19 negara mengambil bagian dalam pertemuan Kelompok Teman dalam Pertahanan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa di Ibu Kota Iran, Teheran, kurang dari seminggu kemudian.

“Siapa yang benar-benar terisolasi?” diplomat senior Iran itu mempertanyakan.

Pada Rabu lalu, Duta Besar dan Perwakilan Tetap Iran untuk PBB, Amir Saied Iravani mengecam ironi antara upaya Amerika Serikat untuk mengadakan pertemuan anti-Iran tidak resmi di Dewan Keamanan PBB dengan dalih hak asasi manusia sambil menjatuhkan sanksi keras kepada warga Iran.

Utusan Iran untuk PBB mengatakan bahwa pertemuan yang diselenggarakan AS yang diadakan di PBB jelas bertujuan untuk mencampuri urusan dalam negeri sebuah negara berdaulat, yang merupakan pelanggaran mencolok terhadap Piagam PBB dan hukum internasional.

Dia menambahkan bahwa pertemuan formula Arria terjadi ketika AS sekali lagi menggunakan “kampanye disinformasi dalam kemunafikan yang terang-terangan”.

Duta Besar Iran mengatakan ironis bahwa AS telah menuduh bahwa acara tersebut dimaksudkan untuk “melindungi” hak asasi manusia di Iran, “sementara orang Iran terus sangat menderita sebagai akibat dari sanksi brutal Amerika Serikat selama beberapa dekade; perang sejati di mana peperangan yang sebenarnya diganti dengan makanan dan obat-obatan”.

“Sudah menjadi praktik standar bagi AS untuk menyalahgunakan konsep berharga seperti hak asasi manusia dan memanipulasi platform dan sumber daya PBB untuk memajukan agenda politiknya yang tidak berdasar,” tegas Iravani.

Dia mengatakan bahwa AS tidak pernah benar-benar peduli tentang hak asasi manusia di Iran atau di tempat lain karena sejarah cukup jelas untuk membuktikannya.

Kerusuhan pecah di Iran pada pertengahan September setelah kematian wanita muda Iran, Mahsa Amini. Wanita berusia 22 tahun itu pingsan di sebuah kantor polisi di Teheran, dan dinyatakan meninggal tiga hari kemudian di sebuah rumah sakit.

Sebuah laporan resmi oleh Organisasi Kedokteran Hukum Iran menyimpulkan bahwa kematian Amini disebabkan oleh penyakit dan bukan akibat dugaan pukulan ke kepala atau organ tubuh vital lainnya sebagaimana yang dituduhkan.