Kremlin: Hasil Pemilu Sela AS Takkan Mengubah Hubungan Buruknya dengan Rusia

Share

POROS PERLAWANAN – Setelah tersiarnya kabar tentang kemungkinan Partai Republik menguasai Kongres AS dan potensinya memenangkan Pilpres 2024, Kremlin menepis pulihnya hubungan Moskow-Washington.

Ketika Jubir Istana Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov ditanya soal kemungkinan berubahnya hubungan AS-Rusia setelah Pemilu Paruh Waktu AS, ia menjawab bahwa tren hubungan buruk ini masih akan berlanjut.

“Hubungan Rusia-AS buruk dan akan tetap seperti itu. Hasil Pemilu Paruh Waktu Kongres juga tidak akan mengubahnya,” kata Peskov dalam jumpa pers di Istana Kremlin, dikutip Fars dari TASS.

Sehubungan dengan klaim intervensi Rusia di Pemilu AS, ia menjawab dengan nada menyindir, ”Kami sekarang sudah begitu terbiasa dengan tudingan semacam ini, sampai-sampai kami bahkan tidak sadar sedang dituduh.”

Menurut Peskov, perundingan dengan Washington soal perpanjangan kesepakatan New START (Strategic Arms Reduction Treaty) masih terlalu dini. Ia mengatakan, ”Sekarang ini, hubungan kami sudah setipis sehelai rambut. Tak perlu ada pembicaraan soal dialog. Saat ini bahkan kontak sekecil apa pun tidak bisa dibicarakan dalam masalah ini.”

Waktu ditanya tentang kehadirannya di Luhansk setelah bergabungnya kawasan itu dengan Rusia, Peskov mengutarakan harapannya bahwa Presiden Vladimir Putin akan mengunjungi Donbass suatu hari nanti. Namun saat ini belum ada rencana untuk itu.

Sebelum ini, Dubes Rusia untuk AS, Anatoly Antonov menyatakan bahwa interaksi politik Moskow-Washington bisa dikatakan sudah lumpuh.

“Dialog politik antara Rusia-AS kurang lebih sudah lumpuh. Kerja sama bilateral dalam isu-isu bersama juga sudah musnah,” kata Antonov dalam wawancara dengan Sputnik.

Soal intervensi AS dalam perang Ukraina, diplomat Rusia ini mengatakan, ”Pusat pengambilan keputusan soal nasib Ukraina ada di luar perbatasan negara itu. Hal ini terungkap saat Kiev membatalkan kesepakatan dengan Moskow.”

Antonov menepis klaim para pejabat AS soal kian dekatnya kiamat dan perang dunia. Ia menegaskan, tujuan klaim-klaim semacam ini adalah memprovokasi negara-negara lain untuk memusuhi Rusia.