Netanyahu Terhimpit Kondisi Sulit Luar-Dalam

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir al-Alam, terungkapnya upaya AS untuk menyingkirkan PM Benyamin Netanyahu sebelum dimulainya Pemilu Israel telah membuat dirinya cemas bukan main.

Di saat bersamaan, penduduk di dalam Israel juga terus melakukan unjuk rasa. Mereka menuntut Netanyahu mengundurkan diri atas kasus suap dan korupsi yang membelitnya.

Seorang analis Israel, Daphna Liel mengatakan kepada Kanal 12, bahwa meskipun Netanyahu bisa mendapatkan 61 kursi di Knesset, belum tentu ia bisa membentuk Kabinet yang stabil.

Liel berargumen, Netanyahu pasti akan berselisih pendapat dengan anggota Pemerintahan Aliansi, terutama di hadapannya ada tokoh-tokoh berpengaruh seperti Gideon Saer dan Ze’ev Elkin, yang pasti akan berseteru dengannya dalam mengurus Rezim Zionis.

Di pihak lain, Netanyahu sudah tak lagi populer di tengah penduduk Israel karena kasus korupsi, buruknya manajemen krisis Corona, dan isu-isu sejenis.

Orang-orang Israel sudah sangat marah terhadap kebijakan-kebijakan Netanyahu.

Kegagalan kunjungan Netanyahu ke UEA dan penolakan Abu Dhabi untuk menyambutnya, menambah panjang daftar kegagalan dirinya.

Liel mengatakan, ini adalah krisis diplomatik besar pertama antara Tel Aviv dan Abu Dhabi usai deklarasi normalisasi hubungan kedua pihak pada 13 Agustus lalu.

Para pakar berpendapat, faktor terpenting pembatalan kunjungan ini adalah berlanjutnya serangan rudal Yaman ke wilayah Saudi, penolakan Amman untuk mengizinkan pesawat Netanyahu melintasi angkasa Yordania, dan penantian UEA atas kepastian hasil Pemilu di Israel.

Netanyahu berencana mengunjungi UEA sebelum Pemilu, agar ia bisa menjadikannya sebagai kartu truf untuk meraih kemenangan dan mempropagandakannya sebagai salah satu capaiannya. Namun rencana ini gagal.

Menurut situs Ibrani, Walla, Direktur Mossad Yossi Cohen beberapa hari lalu melawat ke UEA untuk meyakinkan Bin Zayed agar menyambut Netanyahu. Namun harian al-Akhbar melaporkan, tampaknya penguasa UEA belum mendapat lampu hijau dari Washington untuk mengizinkan kunjungan Netanyahu.

Hal lain yang menunjukkan kondisi sulit Netanyahu, baik di dalam atau luar, adalah pertanyaan Kanal 12 soal pencaplokan Tepi Barat. Netanyahu menjawab bahwa pencaplokan ini tidak akan dilakukan tanpa persetujuan Joe Biden. Padahal sebelum ini, Mike Pompeo sudah menegaskan bahwa aneksasi Tepi Barat adalah isu domestik dan berkaitan sepenuhnya dengan Tel Aviv.