Oposisi Turki: Erdogan Tutup Kasus Khashoggi demi Uang

Share

POROS PERLAWANAN-Keputusan Turki menutup berkas pengadilan in absentia para pelaku pembunuhan Jamal Khashoggi dan menyerahkannya ke Saudi, direspons pedas oleh pemimpin partai oposisi terbesar Turki, sekaligus rival Recep Tayip Erdogan.

Beberapa waktu lalu, seiring tersebarnya laporan tentang pergerakan Pemerintah Turki untuk memulihkan hubungan dengan Saudi, sebuah pengadilan di Istanbul mengeluarkan keputusan penghentian pengadilan in absentia pembunuh Khashoggi dan pemindahannya ke pengadilan Saudi.

Dikutip Fars dari Turkish Minute, Kemal Kilicdaroglu dalam pernyataannya mengungkit ucapan Erdogan tahun 2018 silam bahwa berkas pengadilan pembunuh Khashoggi mustahil dipindah ke luar Turki.

Di masa itu, Erdogan berkata bahwa kejahatan itu dilakukan di Istanbul. Sebab itu, pengadilan kota ini yang harus mengadili para terdakwa. Saudi juga dituntut untuk menyerahkan para terdakwa ke pengadilan Turki.

Erdogan waktu itu mengatakan, ”Turki tidak akan melakukan hal ini (memindahkan kasus ke Saudi), sebab kami bukan orang bodoh.”

Pada Selasa kemarin, Kilicdaroglu berkata, ”Dia (Erdogan) telah menyerahkan wewenang pengadilan-pengadilan Turki terkait kasus pembunuhan yang terjadi di negara ini kepada Saudi… Sekarang sudah jelas siapa yang bodoh.”

Pemimpin Partai Republik Rakyat (CHP) ini mengklaim, Erdogan melakukan hal ini demi imbalan uang yang diterimanya dari Saudi.

Turkish Minute dalam laporannya menyinggung pergerakan terbaru Pemerintah Ankara untuk memulihkan hubungan dengan negara-negara Arab. Situs ini menulis, ”Erdogan berhadapan dengan isolasi diplomatik, yang menyebabkan keringnya investasi asing, terutama investasi negara-negara Arab (di Turki). Sebab itu, ia berusaha memulihkan hubungan dengan para rival regional, termasuk Mesir dan UEA.”

“Di bulan Januari, di saat ekonomi (Turki) tengah menghadapi guncangan, Erdogan mengumumkan dirinya tengah merencanakan kunjungan ke Saudi. Berdasarkan statistik resmi pekan lalu, inflasi tahunan Turki bertambah menjadi 61,1 persen,” pungkas Turkish Minute.