Pejabat AS: Rusia Belajar dari Iran untuk Akali Sanksi Berat

Share

POROS PERLAWANAN – Diberitakan Fars, seorang pejabat AS mengatakan bahwa Rusia sedang mempelajari cara-cara menghindari sanksi dari negara-negara yang dijatuhi sanksi-sanksi berat.

Financial Times menukil dari seorang pejabat AS yang namanya tak disebutkan, bahwa “Rusia telah menggunakan banyak referensi untuk mengakali sanksi-sanksi kita”.

Menurutnya, Rusia belajar dari negara-negara lain yang menjadi target sanksi-sanksi besar, seperti Iran, terkait cara mendapatkan teknologi-teknologi vital melalui “pintu belakang”.

Laporan Financial Times menyebutkan bahwa AS telah memberi peringatan kepada 4 negara Eropa soal cara-cara yang digunakan Rusia untuk berkelit dari sanksi-sanksi. Washington dikabarkan telah memberikan daftar produk-produk yang memiliki penggunaan ganda.

Sementara itu, Jubir Istana Kremlin, Dmitry Peskov menyatakan bahwa Moskow meyakini sanksi-sanksi atas Rusia bisa merugikan ekonomi dunia dan menciptakan krisis baru.

“Sanksi-sanksi yang diberlakukan atas kami dan langkah-langkah baru yang dipikirkan Washington dan Brussel akan menjadi pukulan telak bagi ekonomi dunia. Ini bisa menyeret kita ke sebuah krisis ekonomi di dunia,” kata Peskov.

Pada Jumat kemarin, Bloomberg memberitakan bahwa negara-negara Barat dan para sekutu mereka tengah berunding untuk melarang ekspor sepenuhnya ke Rusia.

Beberapa hari lalu, Kepala Bank Sentral Rusia dalam rapat di Parlemen menyatakan bahwa ekonomi negara ini menunjukkan resistansi tinggi di hadapan sanksi-sanksi dan mampu melewati berbagai tekanan.

Menurut Elvira Nabiullina, level tekanan yang dilewati Rusia di tahun lalu begitu tinggi, sehingga tak seorang pun yang bisa memprediksinya atau bersiap untuk menghadapinya.

Sanksi-sanksi atas Rusia yang dijatuhkan Barat menyebabkan Moskow mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan dampak sanksi. Langkah-langkah antisipatif Rusia memicu krisis energi parah di Eropa.

Sebagian analis berpendapat bahwa AS adalah negara yang memprovokasi Ukraina untuk bergabung dengan NATO, demi melemahkan Rusia di satu sisi, dan Uni Eropa dari sisi lain. Meski demikian, inflasi tidak hanya melanda negara-negara Eropa, tapi juga menempatkan AS dalam bahaya.

Sebelum ini, sejumlah negara-negara Eropa telah mengeluh bahwa sanksi-sanksi Barat atas Moskow justru menjadi “senjata makan tuan”.