Pertemuan Abbas-Gantz Khianati dan Bahayakan Norma-norma Palestina

Share

POROS PERLAWANAN – Pertemuan rahasia antara Ketua PNA, Mahmoud Abbas dan Menteri Perang Israel, Benny Gantz diyakini memiliki aspek-aspek berbahaya bagi norma Palestina.

Dilansir al-Alam, para pengkritik mengatakan bahwa dengan menemui Gantz, pada hakikatnya Abbas telah sepakat bahwa mulai saat ini, norma Palestina bukan sebuah isu politik, tapi hanya sebuah isu kemanusiaan. Oleh karena itu, Gantz dalam pertemuan itu mengumumkan kesiapan Tel Aviv untuk membantu penguatan ekonomi PNA.

Para pakar meyakini, pertemuan itu sebenarnya bertujuan menyelamatkan dan memulihkan citra PNA di hadapan opini publik Palestina. Sebab, Pemerintahan Abbas telah gagal di semua level politik dan layanan masyarakat, juga didera banyak kasus korupsi.

Tujuan lain pertemuan itu adalah mendiskreditkan citra Poros Perlawanan Palestina, yang dituding sebagai penyebab buruknya kondisi kehidupan warga. Di lain pihak, PNA akan dicitrakan sebagai penyelamat kondisi ekonomi rakyat Palestina, sehingga bisa menutupi pengkhianatan PNA dalam menjalankan proyek-proyek AS-Zionis untuk menghapus norma Palestina.

Dalam statemen yang dirilis faksi-faksi Poros Perlawanan Palestina, mereka menegaskan bahwa pertemuan Abbas-Gantz adalah tikaman belati ke punggung rakyat Palestina. Sebab setelah pertemuan itu, Gantz mengumumkan bahwa Tel Aviv tidak akan melakukan perundingan politik lagi dengan PNA. Apa pun yang akan digulirkan dalam pertemuan-pertemuan mendatang hanya berkisar seputar pemulihan kondisi ekonomi dan finansial PNA.

Hal inilah yang mendorong Joe Biden menyepakati bantuan finansial untuk PNA dalam pertemuannya dengan PM Israel, Naftali Bennett. Dengan ini, nama PNA bisa direhabilitasi di hadapan rakyat Palestina. Di saat bersamaan, peran PNA hanya dibatasi untuk memenuhi aspek ekonomi rakyat Palestina, tanpa memperjuangkan hak sejati mereka untuk memiliki negara merdeka dan bebas.

Atas dasar inilah faksi-faksi seperti Hamas dan Jihad Islami mengutuk pertemuan Abbas-Gantz. Mereka menyebutnya sebagai “pengabdian” untuk Rezim Zionis.

Hamas dan Jihad Islami menghendaki pembentukan front bersama untuk menghadapi pengkhianatan ini. Mereka menegaskan, pertemuan ini akan memperuncing perselisihan di tengah masyarakat Palestina, juga mempercepat proses normalisasi hubungan dengan Rezim Zionis.