Ratusan Sopir Truk Palestina Gagalkan Rencana Serangan Strategis Israel ke Gaza

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Fars, harian Yedioth Ahronoth memberitakan, ratusan sopir truk Palestina dari Tanah Pendudukan 1948 melakukan pemogokan dalam Perang 11 Hari, bulan lalu. Pemogokan ini menyebabkan Tentara Israel gagal melancarkan salah satu operasi penting untuk menyerang Hamas.

Dikutip al-Akhbar dari Yedioth Ahronoth, warga di Tanah Pendudukan 1948 melakukan pemogokan massal dan tidak pergi ke tempat kerja. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes atas tindak represif Israel, seperti serbuan pemukim Zionis ke perkampungan Sheikh Jarrah dan Masjid Aqsa serta agresi Tentara Israel ke Gaza.

Seperti warga Palestina lain, para sopir kendaraan-kendaraan berat pun mogok kerja. Hal ini mendatangkan kerugian besar atas Tentara Israel. Sebab, sudah direncanakan bahwa para sopir ini akan dipekerjakan untuk memindahkan perangkat militer, panser, dan tank milik Israel.

Harian berbahasa Ibrani juga memberitakan, para sopir bus militer juga tidak datang ke tempat kerja mereka. “Sebagian besar sopir yang bekerja di perusahaan dan pabrik pembuat perangkat dan transportasi militer adalah orang-orang Arab. Mereka tidak datang ke tempat kerja saat pemogokan massal berlangsung, padahal Tentara Israel telah mengumumkan kondisi luar biasa,” tulis Yedioth Ahronoth.

Menurut harian ini, dari 500 sopir truk hanya 40 orang yang datang ke tempat kerja. Sebab itu, Tentara Israel terpaksa menggunakan para sopir dari sektor-sektor khusus misi darurat, agar bisa memindahkan tank dan panser-pansernya dari Golan ke perbatasan Jalur Gaza.

“Mudah diprediksi bahwa jika terjadi perang di front utara (perbatasan Lebanon), Tentara akan membutuhkan ratusan sopir dalam kondisi luar biasa,” tulis Yedioth Ahronoth.

Laporan ini menyebutkan, Kepala Bagian Logistik Israel telah memberikan laporan terkait masalah ini kepada Kepala Staf Gabungan Tentara, Aviv Kovhavi. Tentara Israel berencana menemukan solusi untuk problem ini.

Al-Akhbar menambahkan, sedikitnya jumlah sopir telah mengacaukan rencana serangan darat Israel; serangan yang bertujuan untuk “memasukkan ratusan pejuang Hamas ke terowongan dan membombardir mereka dari udara”. Namun akhirnya operasi yang merupakan senjata rahasia dan strategis Israel ini gagal terlaksana.

Di sisi lain, muslihat Israel juga tidak berjalan lancar, sebab para pejuang Hamas tidak kembali ke terowongan.