Rebut Senjata dari Tangan Teroris, Seorang Pria Jadi Pahlawan di Rusia

Share

POROS PERLAWANAN– Berdasarkan statistik Komisi Investigasi Rusia, serangan teror pada Jumat malam di Crocus City Hall Moskow telah mengambil nyawa 133 orang. Kejadian itu sendiri menyisakan cerita-cerita lain. Salah satunya adalah seorang warga Rusia yang berhasil merebut senjata dari seorang teroris. Dia pun dielu-elukan media Rusia sebagai seorang pahlawan.

Diberitakan al-Alam, pria Rusia itu menceritakan rincian kejadian kepada Russia24. Dia disyuting dari belakang dan identitasnya pun tidak diungkapkan.

“Saat terjadi serangan, saya sedang berada di balkon. Mulanya saya menyadari kedatangan 3 teroris. Saya juga melihat teroris keempat yang keluar dari balik partisi dan dengan dingin menembaki beberapa orang,” tutur pria tersebut.

“Ketika teroris mulai mengganti magasin senapan mesinnya, saya memandang ke arah istri saya. Saya melihat matanya dipenuhi ketakutan. Saya sadar harus melakukan sesuatu.”

“Saya lalu berlari ke arah teroris. Saya memegang senjatanya dengan tangan kiri dan mengarahkannya ke bawah. Di saat bersamaan, saya memukuli kepala teroris itu dengan tangan kanan.”

“Di saat itu, seorang warga lain berlar ke arah saya dan melayangkan beberapa pukulan keras. Kami pun berhasil melumpuhkannya.”

“Setelah merebut senjata dan melumpuhkan teroris keempat, saya dan orang-orang yang berada di lokasi berhasil kabur dari tempat kejadian.”

Aksi berani warga Rusia ini menjadi pusat perhatian media-media Negeri Beruang Merah.

Kepala Komite Investigasi Rusia Alexander Bastrykin menginstruksikan agar pria tersebut diganjar hadiah spesial sebagai penghargaan untuknya.

Penembakan dan kebakaran di Crocus City Hall sebelum berlangsungnya konser pada Jumat malam lalu menjadi bencana mengerikan.

Kebakaran telah dipadamkan pada Jumat dini hari. Hingga berita ini diturunkan, pihak-pihak terkait masih menyingkirkan reruntuhan di lokasi.

Kantor berita Reuters mengeklaim bahwa serangan teror itu dilakukan oleh ISIS. Meski begitu, banyak media Rusia yang meragukan kebenaran kabar tersebut.