Sayyid Nasrallah Ungkap Trik Israel ‘Ambil Napas’ Lewat Proyek Normalisasi

Share

POROS PERLAWANAN -Sayyid Hasan Nasrallah dalam pidatonya pada Kamis 11 November menyinggung kontak para Presiden dan Raja-raja Arab dengan Bashar Assad.

“Menlu UEA juga melawat ke Suriah… Ini adalah pengakuan negara-negara Arab terhadap kemenangan Suriah dan kegagalan proyek yang telah menghabiskan uang mereka hingga ratusan miliar dolar,” kata Sayyid Nasrallah, dilansir Fars.

Dalam pidato untuk memperingati Hari Syahid tersebut, Sekjen Hizbullah memandang latihan-latihan militer Israel di utara Tanah Pendudukan sebagai bukti ketakutan dan kekhawatiran Tel Aviv.

“Latihan-latihan ini mengungkap kegelisahan Israel… latihan ini menunjukkan bahwa Israel mencemaskan serangan lebanon ke Galilea… Ini adalah kali pertama Israel takut kepada Lebanon jika perang meletus di Galilea… Perang ini sangat penting dalam kalkulasi militer mereka… Sebab itu, mereka selalu mengadakan latihan perang tiap bulan dan musim,” papar Sayyid Nasrallah.

Ia menambahkan, latihan-latihan militer dalam kota yang dilakukan Tentara Israel menunjukkan, Tel Aviv khawatir bahwa Poros Perlawanan dalam perang mendatang bisa merangsek hingga Galilea.

Sayyid Nasrallah menyebut Rezim Zionis meyakini kekuatan Hizbullah dan Poros Perlawanan, sehingga bertindak atas dasar ini. Ia menjelaskan, ”Israel berupaya mengambil napas melalui normalisasi dengan beberapa negara Arab… Negara mana pun yang menormalisasi hubungan dengan Israel tidak akan bisa menjamin keamanan Rezim Zionis.”

“Israel mengkhawatirkan kekuatan Poros Perlawanan yang terus bertambah. Namun sebagian pihak di Lebanon justru membicarakan kelemahan Poros Perlawanan, padahal statistik menunjukkan sebaliknya. Sebab itu, persekusui Israel terhadap para tawanan bukan pertanda kekuatan mereka, namun justru tanda kekhawatiran serta ketakutan mereka.”

Meski mengakui bahwa Lebanon masih belum bisa lepas dari hegemoni AS, Sayyid Nasrallah menyatakan bahwa Hizbullah mampu mencegah AS menguasai Lebanon secara total. Ia menambahkan, diperlukan tekad politik yang kuat agar Lebanon bisa bebas sepenuhnya dari pengaruh AS.