Terbiasa Jadikan Dusta sebagai Alat Propaganda, Berita-berita Versi Rezim AS Tak Layak Dipercaya

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Fars, situs Russia Today dalam laporannya menulis, para pejabat Washington kerap mengaku bahwa mereka menyampaikan kebenaran terkait berbagai peristiwa. Namun setelah beberapa lama terbukti bahwa mereka berbohong.

Menurut Russia Today, hanya dalam tempo satu hari, dua Jubir Pemerintah AS menuding para jurnalis memihak Rusia dan ISIS, saat menjawab pertanyaan mereka tentang transparansi dan pengajuan bukti dua peristiwa penting.

Kasus pertama terjadi saat Jubir Gedung Putih, Jennifer Psaki mengadakan konferensi pers usai terbetiknya kabar kematian Pemimpin ISIS di Idlib. Sebelum itu, Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa Abu Ibrahim al-Qurashi meledakkan semua tingkat tiga bangunan di saat ada wanita dan anak-anak berada di bangunan tempat ia bersembunyi.

Jurnalis dari Radio NPR, Ayesha Rascoe bertanya kepada Psaki, ”Saya tahu bahwa AS dalam statemennya mengumumkan bahwa Pemimpin ISIS meledakkan diri. Namun apakah AS akan menyiapkan bukti-bukti? Sebab banyak orang yang meragukan peristiwa yang terjadi dan musibah yang menimpa warga sipil.”

Psaki dengan nada gusar menjawab, ”Kalian meragukan penilaian Tentara AS saat mereka pergi membunuh Pemimpin ISIS? Bahwa mereka tidak memberikan informasi akurat? Jadi apakah ISIS yang memberikan informasi akurat?”

Di hari yang sama ketika Psaki menuding jurnalis AS memihak ISIS, Jubir Kemenlu AS Ned Price mengadakan jumpa pers soal upaya Rusia untuk “menciptakan dalih guna menyerang Ukraina”. Price berkata, Moskow berniat membuat film palsu soal serangan Ukraina ke kawasan otonom Dunbass dan akan menjadikannya sebagai motif untuk menginvasi Ukraina.

Jurnalis Associated Press, Matt Lee menunjukkan kesangsian terhadap klaim Price ini. Dia bertanya, apakah ada bukti-bukti yang menegaskan hal itu? Price pun menjawab, ”Jika Anda meragukan kredibilitas Pemerintah AS, Inggris, dan selainnya, kemudian ingin menghibur diri dengan informasi yang dipublikasikan Rusia, itu adalah urusan Anda sendiri.”

Menurut Russia Today, Pemerintah AS kerap menggunakan narasi “ancaman dalam waktu dekat” sebagai alasan untuk menyulut perang, seperti yang terjadi di Irak, Vietnam, Afghanistan, dan Iran. Namun setelahnya terbukti bahwa ancaman seperti itu sama sekali tidak ada wujudnya.