Ternyata ini ‘Dua Misi Penting’ Mossad-UEA di Balik Gangsarnya Proyek Normalisasi

Share

POROS PERLAWANAN – Seorang analis dan kolomnis harian berbahasa Ibrani, Maariv, Alon Ben David mengungkap bahwa kerja sama intelijen Mossad berperan penting dalam terwujudnya kesepakatan normalisasi Tel Aviv-Abu Dhabi.

Dilansir Fars, Ben David dalam tulisannya menyatakan bahwa kerja sama intelijen kedua belah pihak kembali pada dekade 90-an, yang kemudian menyiapkan lahan bagi kesepakatan kompromi.

Ben David mengakui keterlibatan Mossad dalam teror terhadap Mahmud al-Mabhuh, seorang petinggi Hamas, di UEA. Teror yang dilakukan di hotel tempat al-Mabhuh menginap pada 2010 ini berperan negatif pada hubungan UEA-Israel.

Menurut Ben David, usai insiden ini Direktur Mossad saat itu, Tamir Pardo pada tahun 2011 memutuskan untuk memulai kembali kerja sama dengan UEA dengan cara membocorkan informasi-informasi intelijen kepada Abu Dhabi.

Dalam rentang waktu ini, tulis Ben David, Mossad memberikan informasi aktivitas “kelompok-kelompok radikal, juga elemen-elemen yang terkait dengan Iran” di wilayah UEA kepada Abu Dhabi. Informasi ini berujung pada penangkapan sejumlah orang dari mereka.

Kolomnis Maariv ini juga menyinggung soal relasi Mossad dengan negara-negara Arab lain. Menurut Ben David, Direktur Mossad saat ini, Yossi Cohen memutuskan untuk memperluas kerja sama keamanan dengan negara-negara Arab di Teluk Persia. Inilah yang membuat korporasi-korporasi Israel, terutama korporasi teknologi modern, bisa beraktivitas di dalam UEA.

Di lain pihak, mantan PM Israel Ehud Barak juga mengaku bahwa dalam rentang 15 tahun lalu, ia sudah bertemu dengan Menlu UEA, Abdullah bin Zayed sebanyak 6 kali.

Dikutip dari al-Mayadeen, Barak juga mengungkap pertemuannya dengan perwakilan Bahrain pada 25 tahun lalu.

Seorang mantan petinggi Mossad, David Meidan beberapa waktu lalu pernah mengatakan, ”Hubungan dengan UEA dimulai pada akhir 2005 dan awal 2006. Sebelum itu, kadang kala sebagian pejabat Israel bertemu dengan rekan sejawat UEA mereka. Kami sering menemui mereka di negara ketiga dalam pertemuan tingkat kepala negara dan sidang-sidang.”

Menurut Meida, hubungan serius dimulai pada 2006, yaitu saat PM Ariel Sharon membebankan dua misi kepada Direktur Mossad, Meir Dagan.

Misi pertama adalah menghadapi ”ancaman Iran”, dan misi kedua adalah menjalin hubungan dengan “negara-negara Sunni moderat” di Kawasan.