Yaman: Saudi Ulur-ulur Waktu dan Tidak Tanggapi Penyelesaian Masalah Kemanusiaan

Share

POROS PERLAWANAN – Staf Urusan Pertahanan PM Yaman, Jalal al-Ruwaishan mengatakan bahwa Saudi hingga sekarang tidak merespons penyelesaian berkas kemanusiaan yang berlangsung setelah perundingan di bulan Ramadan.

“Kami menilai bahwa Riyadh berusaha membeli waktu,” kata al-Ruwaishan, dilansir Fars.

“Perundingan saat ini dengan Saudi, yang dimediasi oleh Oman, adalah upaya untuk mewujudkan perdamaian. Sanaa telah bereaksi positif kepada masalah ini. Namun Riyadh harus tahu bahwa ia tidak bisa menggabungkan serangan ke sebuah negara dengan proyek pengembangan ekonomi di satu tempat sekaligus,” kata al-Ruwaishan kepada al-Masirah.

“Sejak awal-awal dimulainya gencatan senjata, Angkatan Bersenjata Yaman telah memulai pemulihan kekuatannya. Setelah gencatan senjata berakhir, kami kembali ke situasi perang. Sanaa punya kemampuan secara militer untuk mengawasi pelabuhan-pelabuhan Saudi dan aliran investasi ke arahnya. Angkatan Bersenjata Yaman sebelum ini telah melancarkan operasi-operasi dalam hal ini,” lanjutnya.

Di akhir wawancara, al-Ruwaishan menyatakan bahwa pidato-pidato internasional mengeklaim dukungan kepada keutuhan wilayah dan kemerdekaan Yaman. Namun praktik di luar menunjukkan hal selain itu. Menurutnya, proyek separatisasi menunjukkan bahwa negara-negara agresor berusaha memperumit kancah di Yaman agar mereka bisa mendapatkan keunggulan dalam perundingan.

Beberapa hari lalu, Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg meminta agar China memediasi konflik Yaman-Koalisi Saudi. Saat bertemu para pejabat China, Grundberg meminta Beijing menjadi penengah, sebagaimana perannya sebelum ini dalam memediasi antara Iran dan Saudi.

Grundberg mencitrakan dirinya berusaha menyelesaikan krisis Yaman di saat Wakil Menlu Yaman, Husain al-Azzi pernah mengatakan bahwa Sekjen PBB, Antonio Guterres dan Grundberg adalah pihak yang bersalah dalam blokade atas rakyat Yaman.