AS Penyebab Aktifnya Kembali Teroris di Irak, Suriah, serta Perbatasan Iran dan Turki
POROS PERLAWANAN – Seorang periset masalah politik Irak, Khalid al-Rawwas berpendapat bahwa Koalisi Internasional gagal membasmi kelompok-kelompok Takfiri. Ia menyebut AS berperan dalam aktifnya kembali sel-sel tidur teroris di negara-negara target, seperti Irak, Suriah, serta perbatasan Iran dan Turki.
“Harus diakui bahwa Koalisi Internasional tidak mampu menumpas kelompok-kelompok teroris sepenuhnya. Mereka hanya sedikit memudarkan peran para teroris dan menidurkan mereka untuk sementara saja. Padahal Irak di tahun 2017 sudah mendeklarasikan musnahnya kelompok-kelompok ini,” kata al-Rawwas saat diwawancarai al-Alam dalam acara “Ma’a al-Hadath”.
“Namun tampaknya kelompok-kelompok ini masih mempertahankan sel-sel tidurnya. Saat ini, mereka kembali muncul lantaran kondisi krisis Irak dan memanasnya perselisihan politik domestik,” imbuhnya.
Al-Rawwas memperingatkan, tiap kali Irak menjauh dari stabilitas politik, kelompok-kelompok Takfiri akan semakin aktif dan menyeret negara ini ke arah konflik sektarian.
Kondisi Irak saat ini, kata al-Rawwas, mirip dengan situasi beberapa tahun silam ketika kelompok-kelompok teroris muncul.
Ia menyinggung penyebaran luas kelompok-kelompok Takfiri di Irak, mulai dari Diyala hingga Shalahudin, Neineveh, Kirkuk, dan al-Anbar. Al-Rawwas menegaskan bahwa para teroris ini pasti telah dikoordinasi dan mendapat instruksi untuk memulai gerakan dan operasi-operasi mereka.
Menurutnya, kawasan-kawasan di atas berada di utara Irak dan berdekatan dengan perbatasan Suriah, Turki, dan Iran. Sebab itu, terkoordinasinya para teroris di kawasan-kawasan tersebut membutuhkan instruksi dari sebuah ruang komando tertentu agar bisa mengoordinasikan semua kelompok teroris ini.
“Model pergerakan kelompok-kelompok ini menunjukkan mereka tidak terpisah satu sama lain. Mereka dikoordinasi dan menerima perintah dari satu sumber khusus. Sumber ini tidak lain adalah AS. Negara ini menggunakan instrumen dan sebagian perantaranya di sekitar Teluk Persia untuk mengaktifkan kelompok-kelompok ini setiap ada kesempatan yang dianggapnya relevan,” tutur al-Rawwas.
“Aktifnya kelompok-kelompok tersebut di periode ini berkaitan dengan stabilitas politik di negara-negara yang ditargetkan AS, yaitu Irak dan Suriah secara umum serta Iran dan Turki secara khusus, sebab masalah antara AS dan Iran-Turki masih belum tuntas. Ini pertanda bahwa AS belum bisa menjalankan rencana-rencananya di dua negara ini dan mewujudkan tujuan-tujuannya dari pengerahan pasukan ke Kawasan,” pungkasnya.
