Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Benarkah Konfrontasi Militer Iran vs Israel sudah Dekat?

POROS PERLAWANAN – Harian New York Times pada Sabtu 27 November menulis, perang siber antara Iran dan Israel bisa menjadi awal untuk konfrontasi baru antara Teheran dan Tel Aviv.

Dilansir al-Alam, NYT mengutip dari 2 pejabat anonim AS bahwa insiden serangan siber beberapa waktu lalu ke sistem software SPBU-SPBU Iran adalah perbuatan Israel. Di saat bersamaan, NYT juga menyebut Iran di balik terungkapnya identitas ratusan figur-figur keamanan Rezim Zionis.

Dengan mukadimah ini, NYT mengatakan bahwa target-target Iran dan Israel dalam perang siber ini telah melampaui target-target militer, tapi juga telah meluas ke target-target sipil. Harian AS ini berpendapat, bentrokan seperti ini bisa menjadi awal untuk konfrontasi-konfrontasi jenis baru antara Iran dan Israel.

NYT juga menukil statemen dari 3 pejabat Israel, yang lagi-lagi enggan identitas mereka disebutkan. Mereka berkata, Israel adalah pelaku serangan-serangan siber atas Iran. Tampaknya penekanan NYT bahwa Israel adalah dalang di balik serangan siber kepada Iran, apalagi menjelang dimulainya putaran baru Perundingan Wina, adalah “bentuk simpati untuk Tel Aviv dan juga menyalakan api di bawah panci makanan Israel”.

Sebenarnya ada sebuah prinsip tak terbantahkan dalam strategi Israel untuk menghadapi Iran, yaitu keengganan Rezim ini untuk berkonfrontasi langsung dengan Negeri Mullah. Fakta-fakta yang ada menunjukkan, Israel tidak berminat untuk berhadapan langsung dengan Iran, juga tidak punya kemampuan tempur memadai untuk konfrontasi semacam ini.

Bukti nyata atas hal ini adalah kasus serangan ke kapal-kapal Israel. Meski belum ada pernyataan resmi bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan-serangan ini, namun Israel sudah mengangkat bendera putih begitu muncul dugaan peran Teheran dalam insiden-insiden tersebut.

Pada hakikatnya, Israel lebih memilih untuk “unjuk gigi” di hadapan Iran melalui tangan dan biaya pihak-pihak lain. Salah satu bentuknya adalah membesar-besarkan apa yang disebutnya sebagai “ancaman nuklir Iran bagi Kawasan dan dunia” demi menghambat program nuklir Teheran.

Dalam rangka strategi ini, Israel berusaha “mengusir Iran dari Suriah dengan menekan Rusia, menjauhkan Iran dari Palestina dengan menekan Mesir, menggebah Iran dari Lebanon dan Irak dengan menekan AS, atau menempatkan diri di Azerbaijan, UEA, dan Bahrain, lalu berkoar sudah berada di perbatasan darat dan laut Iran”.

Dengan semua gembar-gembor ini, ada sebuah fakta tak terbantahkan, yaitu Israel sudah sejak lama dikepung oleh Poros Perlawanan. Israel dengan hanya 6 juta populasi penduduk jelas tidak punya kapasitas untuk mengintimidasi negara seperti Iran atau Poros Perlawanan dengan ancaman militer.

Jangan dilupakan bahwa ancaman militer Israel terhadap Iran sudah berusia lebih dari 40 tahun, yaitu sejak kemenangan Revolusi Islam. Namun ancaman-ancaman ini tak lebih dari intimidasi verbal saja.

Kian intensnya ancaman-ancaman semacam ini dalam beberapa hari terakhir hanya demi memengaruhi jalannya perundingan nuklir atau memberi sandaran kepada Kabinet Israel yang sedang limbung.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *