Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Segitiga Kejahatan Zionis-AS-Saudi Salah Perhitungan, Pembunuhan Syahid Fakhrizadeh Takkan Hentikan Laju Teknologi Nuklir Iran

Segitiga Kejahatan Zionis-AS-Saudi Salah Perhitungan, Pembunuhan Syahid Fakhrizadeh Takkan Hentikan Laju Teknologi Nuklir Iran

POROS PERLAWANAN – Kendati Syahid Mohsen Fakhrizadeh memiliki kedudukan tinggi di tengah kalangan elite ilmuwan Iran, namun teror terhadapnya tidak akan pernah bisa menghentikan laju kebangkitan sains Negeri Mullah.

Sebagaimana diakui sendiri oleh kawan atau lawan, orang-orang Iran memiliki bakat dalam ilmu teknologi. Ribuan elite ilmuwan Iran melayani negara mereka dalam berbagai bidang pengetahuan.

Fakta ini dikonfirmasi oleh Koordinator Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell saat menanggapi kejadian teror terhadap Syahid Fakhrizadeh. Sembari menyebut teror itu sebagai aksi kriminal, ia mengatakan, ”Sayangnya, cara (teror) ini bukanlah solusi untuk menyelesaikan masalah. Kita tidak bisa menghalangi proses Iran menjadi negara nuklir dengan meneror para pakar dan ilmuwannya.”

Sebelum Borrell, hal ini juga sudah diakui mantan Presiden AS, Barack Obama. Di tahun 2013, ia mengatakan, ”Andai kami bisa menemukan opsi yang bisa menghancurkan paku terakhir program nuklir Iran, serta membuat Iran tidak menjalankan program nuklir apa pun hingga kita bisa bebas dari kemampuan nuklirnya, niscaya kami sudah melakukannya.”

Obama menegaskan, menghancurkan infrastruktur sains Iran dan mencegahnya memperoleh teknologi nuklir adalah “hal yang tidak realistis”.

Muncul pertanyaan, jika faktanya demikian, kenapa Segitiga Kejahatan, Benyamin Netanyahu, Mike Pompeo, dan Muhammad bin Salman, dalam pertemuan mereka di Neom masih bersikeras menggunakan kebijakan usang dan gagal berupa teror terhadap ilmuwan nuklir Iran?

Jelas bahwa tujuan mereka dari meneror Syahid Fakhrizadeh bukanlah melibatkan Trump dalam konfrontasi militer langsung melawan Iran, sebagaimana yang diduga banyak pihak. Sebab, gagasan perang versus Iran tidak lagi merupakan sebuah opsi bagi AS dan negara-negara lain.

Tujuan dari Segitiga Kejahatan ini adalah melampiaskan kebencian mereka kepada Iran serta menutup jalur diplomasi Pemerintahan Joe Biden dengan Teheran dan kembalinya Washington ke JCPOA.

Mayoritas pakar politik menyatakan bahwa akibat kasus Iran, Pompeo disebut sebagai Menlu AS terburuk sepanjang sejarah. Karier Netanyahu juga tengah terancam lantaran dakwaan korupsi atasnya.

Bin Salman juga “telah kehilangan kewarasannya” lantaran permusuhannya dengan Iran. Mereka semua berperan dalam teror terhadap Syahid Fakhrizadeh lantaran motif-motif pribadi dan politik.

Mantan analis CIA dan anggota Institut Brookings, Bruce Riedel berpendapat, Pompeo, Netanyahu, dan Bin Salman secara serempak telah bertekad untuk mencegah Biden kembali ke JCPOA.

Untuk itu, Pompeo melawat ke Timteng dan mengatur pertemuan Netanyahu dengan Bin Salman. Menurutnya, Saudi dan Israel tengah putus asa dan ingin menghalangi AS kembali ke jalur diplomatik dalam menghadapi Iran.

Meski Iran masih memprioritaskan solusi diplomasi untuk menyelesaikan masalah, juga tetap berkomitmen pada JCPOA kendati Trump telah menarik AS keluar darinya, namun ini tidak berarti bahwa Iran rela menukar darah putra-putra terbaiknya. Sebab itu, pembalasan atas teror Syahid Fakhrizadeh “akan sangat tegas dan tak kenal ampun”.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *