27 Organisasi AS Minta Biden Hentikan Permainan Retorika Sembrononya dengan Putin

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Presiden AS Joe Biden harus berhenti menggunakan retorika “sembrono” dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin dan sebaliknya melakukan “pembicaraan bilateral yang konstruktif” dengannya, kata 27 organisasi dalam sebuah pernyataan bersama pada Selasa.

Justice Democrats, Blue America, Demand Progress, Our Revolution dan Progressive Democrats of America, yang semuanya adalah organisasi berhaluan kiri, termasuk di antara organisasi yang menandatangani pernyataan yang dilaporkan oleh The Hill.

Organisasi tersebut menyatakan keprihatinan tentang “pertukaran negatif baru-baru ini antara” Biden dan Putin mengingat fakta bahwa AS dan Rusia memiliki “90 persen hulu ledak nuklir dunia di gudang senjata mereka”.

Mereka mendesak Biden untuk “menepati komitmen yang dinyatakannya” mulai Februari bahwa “diplomasi kembali menjadi inti kebijakan luar negeri kita”.

“Sebagai organisasi nasional yang mengadvokasi diplomasi, pengendalian senjata, pelucutan senjata, dan perdamaian, kami sangat khawatir dengan pertukaran negatif baru-baru ini antara para pemimpin kedua negara dengan lebih dari 90 persen hulu ledak nuklir dunia di gudang senjata mereka”, bunyi pernyataan itu.

“Sebagai orang Amerika, kami mendesak Pemerintahan Biden untuk berhenti berpartisipasi dalam pertukaran retorika yang sembrono dan sebaliknya dengan penuh semangat mengejar negosiasi senjata nuklir dengan Pemerintah Rusia”.

Kelompok itu juga mendorong Biden untuk mengadakan “pembicaraan bilateral yang konstruktif untuk mengatasi bahaya perlombaan senjata nuklir yang jelas dan saat ini tidak pernah lebih nyata”.

Dalam sebuah wawancara dengan ABC awal bulan ini, Biden ditanya apakah menurutnya Presiden Rusia adalah “pembunuh”, yang dia jawab dengan “Iya”, dan mengancam beberapa bentuk pembalasan tentang dugaan campur tangan Kremlin dalam urusan AS.

“Harga yang akan dia bayar, Anda akan lihat sebentar lagi,” kata Presiden AS dari Partai Demokrat itu.

Sebagai tanggapan, pejabat Rusia menyebut komentar itu “tidak dapat diterima”, dan meminta permintaan maaf dari AS. Rusia juga memanggil Dubesnya untuk AS berkonsultasi tentang masa depan hubungan Moskow-Washington.

Ketegangan antara kedua negara telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, terutama setelah laporan yang tidak diklasifikasikan tentang dugaan upaya Rusia untuk ikut campur dalam pemilihan Presiden AS 2020, dan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap tokoh oposisi Rusia yang saat ini dipenjara, Alexey Navalny. Moskow membantah kedua tuduhan itu.