Dari ‘Jenin Grad’ Hingga Jenin 2023

Share

POROS PERLAWANAN – Meski operasi militer Rezim Zionis di Jenin direncanakan akan berlangsung selama 72 jam, namun kini nasibnya tidak menentu; apakah operasi ini hanya terbatas pada Jenin saja, atau juga diperluas ke kawasan-kawasan lain di bawah Pemerintahan Mahmoud Abbas?

Ini adalah pertanyaan yang jawabannya butuh waktu, juga bergantung dengan apa yang diharapkan kubu Israel dari operasi militer ini.

Dilansir al-Alam, Jenin pernah mengalami hal serupa sebelum ini pada 2002. Di masa itu, Jenin berada di bawah kepungan hebat selama 10 hari penuh. Tak seorang pun atau apa pun yang bisa memasuki kota tersebut.

Saat itu, Jenin disebut dengan “Jenin Grad” untuk membandingkannya dengan derita yang dialami penduduk kota Stalingard pada Perang Dunia II. Berdasarkan hal ini, sebagian pihak berpendapat bahwa melalui operasi militer terbaru ini, Rezim Zionis ingin menuntaskan pekerjaannya yang belum rampung di tahun 2002.

Namun mungkin ada dalil-dalil lain yang ada di balik operasi militer yang dilancarkan Israel sejak Senin kemarin ini.

Pertama, Rezim Zionis melalui operasi ini ingin menghancurkan Jenin, dengan anggapan bahwa kawasan ini, atau seluruh Palestina -seperti yang diklaim Dubes Israel di AS- telah menjadi “pangkalan bagi Iran”.

Kedua, Israel dengan operasi ini berniat mengubah “persatuan medan Perlawanan”, yang dari hari ke hari kian menguat, menjadi “pemisahan medan”. Sepertinya tekad Israel untuk melakukan ini semakin menguat, menyusul ditembakkannya 2 rudal buatan Hamas dari Jenin ke arah permukiman Zionis baru-baru ini.

Ketiga, Rezim Penjajah memandang bahwa sebagian besar operasi berani syahid di Tepi Barat dilakukan oleh orang-orang yang lahir atau dididik di Jenin. Atau mereka adalah para pejuang yang dilatih dan dipersenjatai di kamp pengungsi Jenin. Sebab itu, dengan operasi militer ini Israel berusaha menguras “simpanan sumber daya manusia operasi-operasi berani syahid”.

Keempat, Israel merasa bahwa Perlawanan adalah pihak yang berada di posisi pertama untuk bicara masalah keamanan. Tel Aviv khawatir bahwa kelak ketika Abbas sudah tidak ada, seluruh Palestina akan menjadi milik Perlawanan. Oleh karena itu, Israel ingin mengambil langkah antisipasi.

Baru-baru ini, Benyamin Netanyahu secara terang-terangan menyatkan bahwa sangat penting bagi Israel untuk mempertahankan pihak penguasa di Palestina. Menteri Perang Yoav Gallant juga telah beberapa kali menjalin kontak dengan Hossein Syaikh, salah satu dari beberapa orang yang punya kans untuk menggantikan Abbas.

Namun tampaknya proyek pembuatan Jenin Grad baru di tahun ini akan sangat sulit dibandingkan 2002 silam. Sekarang Brigade Jenin telah berusia 2 tahun. Sedikitnya ada 14 ribu personel yang siap berjuang di Jenin. Persatuan Medan juga bisa melakukan banyak hal.

Di lain pihak, Kabinet Israel juga terbelit berbagai masalah di dalam negeri. Jurnalis al-Jazeera Shireen Abu Akleh juga gugur di Jenin. Andai orang-orang Palestina telah melupakan kejahatan teror Abu Akleh dan Jenin Grad, baru pada saat itu Israel bisa berharap bahwa Jenin akan kosong dari pejuang.