Hubungan Mesra Iran-Rusia, Mimpi Buruk yang Hantui Amerika

Share

POROS PERLAWANAN – Peningkatan hubungan Iran-Rusia di berbagai bidang, termasuk kerja sama militer, mendapat perhatian khusus AS.

Dilansir Fars, para pejabat AS senantiasa mengungkap kekhawatiran mereka terhadap peningkatan hubungan ini. Bukan hanya sekadar mencemaskannya, bahkan mereka juga secara terbuka mencari cara untuk menghadapi kian mesranya hubungan Teheran-Moskow.

Beberapa waktu lalu, Jubir Kemenlu AS, Ned Price di hadapan para wartawan mengatakan bahwa Washington berupaya mewujudkan tujuan-tujuan yang memungkinkan AS untuk menghadapi hubungan antara Iran dan Rusia.

“Ini adalah sebagian dari alasan kenapa kami bukan hanya menjatuhkan sanksi kepada pihak-pihak Rusia, tapi juga atas pihak-pihak Iran,” ujar Price.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi CBS pada 18 Februari lalu, Menlu AS, Antony Blinken menyebut hubungan Iran-Rusia sebagai “kekhawatiran yang terus meningkat”. Ia berkata bahwa Teheran dan Moskow terus mengembangkan hubungan militer.

Ia juga kembali mengulang tudingan partisipasi Iran di perang Ukraina melalui pengiriman drone untuk Rusia; tudingan yang sudah kerap dibantah oleh Otoritas Iran dan Rusia. Menlu Iran, Hossein Amir Abdollahian pada akhir Januari lalu menyatakan bahwa hubungan lama Iran-Rusia dalam koridor kepentingan timbal-balik antara kedua negara. Sebab itu, hubungan keduanya jangan ditafsirkan berlawanan dengan pihak-pihak lain.

“Sama seperti Iran dengan negara-negara lain, Iran dengan Rusia juga menjalin beragam kerja sama, termasuk di bidang pertahanan. Namun kami menentang perang di Ukraina dan titik mana pun di dunia,” kata Abdollahian.

Dalam kontak telepon dengan Menlu Bulgaria, Abdollahian mengatakan, ”Berdasarkan Resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB, kami tidak punya kendala untuk mengekspor dan mengimpor senjata. Namun kami tidak mengirim senjata apa pun untuk digunakan Rusia di perang Ukraina.”

Pada November lalu, menyusul tudingan Washington Post soal keberadan lini produksi drone Iran di Rusia, Wakil Tetap Iran di PBB, Amir Saeed Iravani mengirim sebuah memo kepada harian AS tersebut.

“Menyusul tudingan penggunaan drone Iran dalam perang Ukraina, Iran telah mengajukan permintaan rapat ahli gabungan dengan para pejabat Ukraina untuk membahas tudingan-tudingan ini,” ungkap Iravani, diberitakan Fars.

“Hingga kini, langkah-langkah penting telah diambil dalam interaksi gabungan para pakar pertahanan Iran dan Ukraina. Hal ini akan terus berlanjut hingga kesalahpahaman dalam masalah ini terangkat.”

“Berdasarkan kesepakatan bilateral sejak tahun-tahun lalu, Republik Islam Iran dan Rusia memiliki kerja sama pertahanan, keilmuan, dan riset gabungan. Semua ini kembali ke masa sebelum perang Ukraina. Selain itu, 5 tahun pembatasan persenjataan Iran dalam Resolusi 2231 Dewan Keamanan juga telah berakhir pada Oktober 2020. Dengan demikian, Iran bisa menjalin kerja sama pertahanan dengan negara-negara lain sesuai kebutuhan dan prioritasnya.”