Iran: Sanksi Sepihak dan Terorisme Medis AS Hambat Upaya Vaksinasi Global

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyebut sanksi sepihak dan terorisme medis oleh Amerika Serikat telah menghambat upaya vaksinasi global dan membuat banyak negara berjuang sendiri dalam menghadapi pandemi virus Corona.

Dalam pesan yang disampaikan melalui Twitter pada Minggu, Zarif menyerukan “tanggapan vaksinasi global” untuk menghadapi pandemi, yang telah menewaskan lebih dari 3 juta orang di seluruh dunia.

Namun upaya vaksinasi global, dia menekankan, telah dibatasi “baik karena sanksi dan Terorisme medis terhadap Iran, maupun karena kebencian terhadap Palestina”.

“Pandemi COVID-19 global seharusnya mendapat respons vaksinasi global. Tetapi banyak yang dibiarkan berjuang sendiri, baik karena sanksi & #TerorismeMedis terhadap Iran, maupun karena kebencian terhadap Palestina. AS memiliki surplus vaksin.
#PenimbunanVaksin = #PembunuhanMassal” – Javad Zarif (@JZarif) 25 April 2021

Diplomat top Iran telah berulang kali mengecam sanksi ilegal dan sepihak AS yang telah memblokir akses negaranya ke pasokan medis penting selama pandemi.

Iran memerangi virus yang sangat menular ini di bawah sanksi ilegal yang diberlakukan kembali oleh Amerika Serikat setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tiga tahun lalu.

Washington, di bawah mantan Presiden Donald Trump, kemudian melancarkan apa yang disebut kampanye “Tekanan Maksimum” terhadap Republik Islam, yang ditandai dengan sanksi ekonomi besar-besaran yang juga melanda sektor kesehatan Iran.

Sanksi tersebut telah meningkatkan efek merugikan dari pandemi dan menghalangi jalur Pemerintah untuk membendung virus mematikan tersebut.

Iran mengalami peningkatan jumlah kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir. Negara ini telah mencatat lebih dari 2,3 juta infeksi dengan jumlah kematian lebih dari 69.000.

Presiden Hassan Rouhani mengatakan awal bulan ini bahwa Washington telah memblokir akses Teheran ke sepuluh juta dosis vaksin virus Corona dengan menekan perusahaan yang akan mentransfer vaksin ke Iran.

Iran, bagaimanapun, telah mengembangkan beberapa vaksin virus Corona, satu di antaranya dikerjakan bersama dengan Kuba. Selain itu, Republik Islam juga telah menerima pengiriman vaksin dari Rusia, China, dan inisiatif COVAX.

Negara itu memulai kampanye vaksinasi COVID-19 dengan vaksin Sputnik V Rusia pada awal Februari, dimulai dengan para pekerja medis garis depan yang tengah berjuang dalam memerangi gelombang virus Corona keempat di Iran.

Pemerintah mengatakan vaksinasi massal akan berlanjut selama musim semi, musim panas dan musim gugur sampai negara mencapai kekebalan kolektif.

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa (UE) dan organisasi hak asasi manusia serta beberapa anggota parlemen dan tokoh politik Amerika telah mendesak Washington untuk mengurangi sanksi terhadap Iran, Venezuela, Suriah, Kuba dan Korea Utara selama krisis kesehatan.