Legislator Senior Partai Republik: Rusia dan China Cium Kelemahan AS

Share

POROS PERLAWANAN – Seorang legislator senior Partai Republik di Kongres AS, Michael McCaul menyatakan bahwa para pemimpin Rusia, China, dan Korut menyimpulkan bahwa AS sudah melemah, menyusul hengkangnya pasukan AS dari Afghanistan.

Dalam wawancara dengan CNN pada Minggu 16 Januari kemarin, McCaul memperingatkan terlibatnya Paman Sam dan Negeri Beruang Merah dalam perang dingin.

Dikutip Fars dari Sputnik, McCaul menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan presenter CNN, Jack Tapper terkait ketegangan Washington dan Moskow soal Ukraina.

Anggota Komite Hubungan Luar Negeri DPR AS ini meyakini, Washington dan Moskow kembali terjun dalam perang dingin. Demi menghadapi Rusia, McCaul menyarankan agar AS menjatuhkan sanksi berat dan mengirim lebih banyak senjata kepada Ukraina.

Wakil dari Negara Bagian Texas ini kembali mengulang klaim-klaim AS dan para sekutunya, bahwa “Rusia bersiap untuk menyerang Ukraina”; klaim yang sudah dibantah Rusia berulang kali.

McCaul menilai, AS harus melakukan tindakan-tindakan preventif demi mencegah “serangan Rusia ke Ukraina”. Ia berkata, ”Namun saya tidak melihat banyaknya langkah preventif (dari Pemerintahan Joe Biden).”

“Saya mendengar banyak serangan verbal (atas Rusia), namun tidak melihat banyak hal yang dilakukan. Alih-alih mengancam setelah terjadinya serangan, kita harus mempersiapkan faktor-faktor preventif sebelum serangan terjadi,” ujar McCaul.

Sputnik dalam laporannya menyebut McCaul sebagai orang yang dekat dengan korporasi-korporasi persenjataan besar AS. Kantor berita Rusia ini menyatakan, McCaul telah menerima sokongan dana besar dari Lockheed Martin dan pabrik-pabrik senjata lainnya.

McCaul berpendapat, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, Pemimpin Korut Kim Jong-un, dan selain mereka memandang keluarnya AS dari Afghanistan sebagai “pertanda kelemahan Washington”.

Saat ditanya Tapper apakah situasi saat ini mengingatkan kepada tahun-tahun perang dingin, McCaul berkata, ”Ya, saya pikir demikian, sebab Putin kembali mencium kelemahan (AS).”