Mantan Menkeu Israel Sebut Kabinet Netanyahu ‘Akhir Zionisme’

Share

POROS PERLAWANAN – Salah seorang mantan pejabat senior Israel, Avigdor Lieberman mengakui bahwa dimulainya masa kerja Kabinet Benyamin Netanyahu akan menjadi akhir bagi Zionisme.

Dikutip Fars dari Jerusalem Post, pengakuan ini diutarakan Ketua Partai Yisrael Beiteinu dan mantan Menkeu Israel tersebut dalam rapat fraksi-fraksi Parlemen Israel (Knessett), Senin 2 Januari.

Dalam pidato pedas yang ditujukan kepada Pemerintahan Netanyahu itu, Lieberman berkata, ”Pembentukan Pemerintahan ke-6 Netanyahu bukan sekadar akhir Pemerintah Israel saja, tapi juga akhir Zionisme.”

Mantan Wakil Panglima Kawasan Utara Tentara Israel, Jenderal Eyal Ben-Reuven juga menanggapi dimulainya Kabinet Netanyahu dengan mengatakan, ”Benyamin Netanyahu mengancam keamanan Israel dengan kebijakan-kebijakan tak bertanggung jawabnya.”

“Perdana Menteri tahu benar bahwa keputusan-keputusannya sangat tak bertanggung jawab dan membahayakan keamanan Israel,” ujar Ben-Reuven dalam sebuah wawancara radio.

Ia pun mengutarakan ketakutan dan kekhawatirannya terkait keniscayaan terjadinya konflik antara Tentara Israel dengan orang-orang yang menerima perintah dari Menkeu baru Israel, Bezalel Smotrich.

Dengan dimulainya tahun 2023, Kabinet baru Israel mengawali pekerjaannya dengan serangan ke Nablus. Dalam serbuan itu, Tentara Israel membunuh dua pemuda Palestina di Tepi Barat.

Tim medis Tepi Barat pada Senin pagi kemarin mengumumkan bahwa dua pemuda Palestina, yang salah satunya berusia 17 tahun dan lainnya 21 tahun, gugur karena terkena peluru Tentara Israel di kawasan Kufr Dan di barat laut Jenin.

“Dua pemuda Palestina gugur dan 8 orang lainnya terluka karena ditembak pasukan Penjajah Israel saat menyerbu desa Kufr Dan di barat laut Jenin. Salah satu dari korban luka dikabarkan dalam kondisi kritis,” lapor kantor berita WAFA.

Menurut laporan WAFA, salah satu pemuda syahid, Muhammad Samir Hasan Husayeh (21 tahun) adalah warga kawasan al-Yamun, yang gugur setelah dadanya terkena peluru. Sementara Muhammad Ahmad Abed (17 tahun) adalah warga Kufr Dan yang syahid setelah peluru mengenai perut dan pahanya.