Media-media Zionis Sebut Israel Terjebak dalam Krisis Segitiga

Share

POROS PERLAWANAN-Operasi penembakan pada Senin sore 21 Agustus menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran di forum-forum politik-keamanan serta pemukim Zionis. Operasi perlawanan Palestina itu diliput secara luas oleh media-media Israel.

Dilaporkan Fars, penembakan yang terjadi di dekat sebuah pemukiman Zionis di sekitar Hebron menewaskan satu orang Zionis dan melukai beberapa lainnya. Pada Sabtu lalu juga 2 orang Zionis tewas ditembak di kawasan Huwara, utara Tepi Barat.

Jurnalis masalah militer Yedioth Ahronoth, Yossi Yeshua dalam laporannya menulis,”Tahun 2023 menjadi tahun terberat setelah Intifada II.” Menurutnya, sejak awal tahun 2023 hingga sekarang, 34 orang Zionis tewas dalam berbagai operasi orang-orang Palestina. Setiap hari rata-rata ada 200 peringatan keamanan yang diberikan kepada para pemukim Zionis, yang menyebabkan kehidupan mereka terusik secara luas.

“Kondisi ini terjadi di saat Militer Israel menempatkan pasukan terbanyak di Tepi Barat sejak tahun 2005 hingga sekarang. Keberadaan para serdadu Israel dalam jumlah besar di perkotaan, pedesaan, dan jalanan Tepi Barat membuat kawasan ini tampak seperti pangkalan militer besar,”tulis Yeshua.

Menurut media-media Israel, Rezim Zionis saat ini terperangkap dalam krisis segitiga: direndahkan oleh Hizbullah di perbatasan utara, diancam oleh tembakan rudal dari Gaza, dan meningkatnya operasi bersenjata di Tepi Barat. Hal-hal ini telah membuat krisis di Israel semakin parah.

Dalam wawancara dengan situs Walla, sebuah sumber militer mengatakan, ”Ini bukan kali terakhir. Pada hari-hari mendatang, kita akan menyaksikan banyak ketegangan di utara Tepi Barat. Ada kekhawatiran soal kejadian yang bisa membakar seluruh kawasan. Oleh karena itu, pasukan Penjaga Perbatasan, Polisi, dan Patroli ditempatkan di kawasan ini.”