Pendiri Partai Oposisi Saudi Dibunuh di Beirut

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, sebuah partai oposisi Saudi mengatakan bahwa salah satu anggota pendirinya tewas di pinggiran Ibu Kota Lebanon, Beirut, dan dua saudara laki-lakinya ditangkap sehubungan dengan insiden tersebut.

Partai Majelis Nasional (NAAS), yang terdiri dari para oposisi yang diasingkan di Inggris, Amerika Serikat dan di tempat lain, mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada Minggu kemarin bahwa Manea al-Yami dibunuh dalam “keadaan yang rumit”.

“Setelah berita pembunuhan itu, partai telah mencoba untuk memverifikasi rincian dan motifnya,” kata pernyataan itu.

“Partai juga menganggap otoritas Saudi bertanggung jawab untuk mengekspose orang-orang di negara ini pada bahaya, memaksa mereka untuk tinggal di pengasingan, dan tinggal di lingkungan yang tidak aman karena keyakinan politik mereka atau tuntutan mereka terhadap hak asasi manusia,” tambahnya.

Sebuah pernyataan oleh Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon mengklaim bahwa dua saudara laki-laki Yami menikamnya sampai mati di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh pada Sabtu malam.

Kedua bersaudara itu ditahan dan mengakui bahwa mereka membunuh oposisi Saudi berusia 42 tahun itu karena “alasan keluarga”, kata pernyataan itu.

Dalam sebuah posting di Twitter, Duta Besar Saudi untuk Lebanon, Waleed al-Bukhari memuji upaya pihak berwenang Lebanon “untuk mengungkap fakta dan membawa pelaku ke pengadilan”.

Yami membantu mendirikan NAAS pada September 2020. Partai oposisi yang bermarkas di London itu sangat kritis terhadap Raja Salman dari Arab Saudi serta House of Saud dan menyerukan parlemen terpilih di Arab Saudi.

Kelompok ini juga mengadvokasi perlindungan konstitusional untuk memastikan pemisahan cabang legislatif, yudikatif, dan eksekutif.

Anggota pendiri NASS lainnya, Yahya Assiri mengatakan Yami “umumnya khawatir” akan disakiti, “tetapi dia tidak menyebutkan secara spesifik oleh siapa”.

“Aktivitasnya dilakukan dengan cara yang dirahasiakan, dan (dia) adalah anggota inti partai,” tambah Assiri.

Assiri menyoroti bahwa Yami, yang merupakan anggota komunitas Muslim Syiah Saudi, telah berusaha untuk mengamankan perjalanan yang aman ke negara ketiga.

Sejak Putra Mahkota, Mohammed bin Salman menjadi pemimpin de facto Arab Saudi pada 2017, Kerajaan telah meningkatkan penangkapan terhadap para aktivis, blogger, intelektual, dan lainnya yang dianggap sebagai lawan politik.

Putra Mahkota menunjukkan hampir tidak ada toleransi terhadap perbedaan pendapat meskipun menghadapi kecaman internasional.