Purnawirawan Intelijen Israel Akui Posisi Unggul Iran Dibanding AS dalam Isu Nuklir

Share

POROS PERLAWANAN – Dilansir Fars, seorang mantan pejabat intelijen Israel, Amos Yadlin menyebut posisi Iran lebih unggul dalam masalah nuklir.

Situs Arutz Sheva melaporkan, Yadlin menilai bahwa Iran telah sukses meraih tujuan-tujuannya.

“Orang-orang Iran berada dalam posisi lebih unggul. Mereka memiliki tuntutan yang jelas, yaitu AS harus mencabut semua sanksi dan baru kembali ke kesepakatan,” kata Yadlin saat bicara soal perundingan nuklir Iran mendatang.

Terkait dampak sanksi-sanksi Pemerintah AS di masa Donald Trump, Yadlin berkata bahwa Iran tidak lagi takut terhadap sanksi-sanksi tersebut. Menurutnya, Israel akan kesulitan untuk memengaruhi konten kesepakatan baru dengan Iran, karena bulan madu Tel Aviv dengan Trump sudah berakhir.

Di lain pihak, Menlu Israel Gaby Ashkenazi baru-baru ini mengabarkan permbicaraannya dengan Menlu AS, Antony Blinken tentang beragam isu, termasuk Iran dan perundingan mendatang soal JCPOA di Wina.

Melalui laman Twitter, Ashkenazi mencuit bahwa ia telah melakukan kontak telepon penting dengan kolega AS-nya. Dalam cuitannya, Ashkenazi mengaku bahwa Blinken telah memberitahu Tel Aviv soal perkembangan terakhir perundingan nuklir Iran, terutama pertemuan Selasa nanti di Ibu Kota Austria.

Jubir Kemenlu AS mengklaim, negaranya akan hadir dalam pertemuan di Wina untuk membahas kembalinya kedua belah pihak ke JCPOA.

Sebelum ini, Wakil Rusia di organisasi-organisasi internasional, Mikhail Ulyanov menepis kehadiran AS di Wina. Ia mengatakan, “AS tidak akan hadir dalam pertemuan ini, sebab ia bukan lagi anggota JCPOA. AS belum memulai komitmennya. Kembalinya AS ke JCPOA dan dimulainya status AS sebagai partisipan di JCPOA akan dibahas nanti.”

Menurut Ulyanov, AS, Iran, dan semua partisipan JCPOA ingin kembali ke kesepakatan awal minus sanksi-sanksi AS dan menghendaki Iran melaksanakan komitmennya.

“Sudah direncanakan bagaimana tujuan strategis ini bisa dicapai, sehingga jalan untuk menghidupkan JCPOA bisa ditemukan. Ini bukan pekerjaan sederhana,” tutur Ulyanov.