Raisi Saat Bertemu Rabbi-rabbi Yahudi Anti-Zionisme: Tak Satu pun Muslim Dukung Kejahatan ISIS

Share

POROS PERLAWANAN-Para rabbi Yahudi anti-Zionisme dari kelompok Neturei Karta bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di hotel tempatnya menginap di New York.

Diberitakan al-Alam, Raisi dalam pertemuan itu mengatakan,”Saya melihat kalian adalah Yahudi anti-Zionisme. Ini sangat baik. Dalam pertemuan dengan para pemimpin agama pagi hari ini, saya juga menegaskan bahwa kami tak punya masalah dengan Taurat dan Yahudisme.”

“Kaum Yahudi di Iran bebas menjalankan ritual keagamaan mereka. Masalah kami dengan orang-orang Zionis. Kami meyakini bahwa penindasan terhadap orang lain dengan kedok ajaran Yahudi adalah hal buruk. Demikian pula kezaliman yang dilakukan atas nama Kristen dan Islam”, imbuh Raisi.

“Oleh karena itu, kami tidak menganggap ISIS sebagai Muslim, meski mereka mengibarkan bendera ‘la ilaha illa Allah’. Kejahatan yang dilakuan ISIS tidak didukung Muslim mana pun. Mereka tidak bisa disebut sebagai Muslim.”

“Orang-orang Zionis ingin merusak citra Yahudisme, padahal kami meyakini bahwa orang-orang Yahudi berbeda dengan orang Zionis. Bahwa kalian menyatakan diri sebagai Yahudi, tapi anti-Zionis, adalah tindakan terpuji.”

Salah seorang rabbi Yahudi dalam pertemuan itu mengatakan,”Iran selalu mendukung komunitas Yahudi Iran, bahkan sampai sekarang. Mereka memiliki kebebasan penuh. Kalian harus membedakan antara nasionalisme bernama Zionisme, yang tak ada kaitan sama sekali dengan agama dan ajaran kami.”

Presiden Iran berada di New York untuk hadir dan berpidato Majelis Umum PBB ke-78. Dalam pidatonya pada Selasa malam lalu, Raisi menyinggung peran Jenderal Qassem Soleimani dalam penumpasan ISIS dan terorisme.

“Andai bukan karena keberanian sang pahlawan pembasmi terorisme ini, banyak kawasan yang terbakar oleh api ISIS. Namun apakah kalian menyaksikan keberanian da perjuangan ini di media dan film-film Hollywood?”kata Raisi.

“Teror Hajj Qassem adalah hadiah untuk ISIS, yang merupakan ciptaan AS sebagaimana diakui sendiri oleh Otoritas AS. Pengiringan jenazahnya yang diikuti 25 juta orang, juga amarah dan hasrat balas dendam 85 juta penduduk Irak disensor oleh para dalang serta pelaku teror ini”, tandasnya.