Loading

Ketik untuk mencari

Asia Barat

AS, Pemerasan, Sanksi: Cerita Tanpa Ujung

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, seorang pejabat Rusia mengatakan praktik Amerika Serikat dalam memeras negara lain dan menjatuhkan sanksi kepada mereka terus berlanjut di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden dan tidak akan pernah berakhir.

“Cerita yang tidak pernah berakhir. AS memeras dan memberi sanksi bahkan pada sekutunya. Pada masa Pemerintahan AS sebelumnya, perusahaan Eropa Barat diintimidasi sedemikian rupa sehingga mereka melarikan diri dari Iran”, tulis Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB, Mikhail Ulyanov dalam sebuah tweet pada Selasa, merujuk pada kegagalan Pihak Eropa -Prancis, Inggris, dan Jerman- dalam memenuhi komitmen JCPOA mereka pada Teheran setelah Presiden AS, Donald Trump secara sepihak membatalkan pakta tersebut pada Mei 2018.

“Tidak ada perubahan sejak saat itu. Kebijakan ini akan berlanjut dengan beberapa pengecualian”, tambahnya.

Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap Turki -sesama anggota NATO- atas akuisisi sistem rudal canggih Rusia.

Pemberitahuan sanksi, yang dijatuhkan pada Desember lalu, akan dipublikasikan di US Federal Register, jurnal harian Pemerintah AS, pada Selasa.

Turki mengutuk sanksi itu sebagai “kesalahan besar” yang pasti akan merusak hubungan timbal balik antara Ankara dan Washington serta mengancam akan melakukan pembalasan.

Sanksi tersebut menargetkan Badan Pengadaan dan Pengembangan Pertahanan Turki, Presidency of Defense Industries (SSB), yang diketuai Ismail Demir dan tiga pejabat pertahanan Turki lainnya, antara lain Mustafa Alper Deniz, Serhat Gencoglu, dan Faruk Yigit.

Turki dan Rusia menyelesaikan perjanjian pengiriman sistem rudal S-400 pada akhir 2017.

S-400 dianggap sebagai sistem rudal anti-pesawat jarak jauh paling canggih di Rusia.

AS menuduh bahwa S-400 tidak kompatibel dengan perangkat keras militer yang dimiliki oleh anggota NATO lainnya. Washington juga mengatakan bahwa sistem pertahanan merupakan ancaman bagi jet tempur siluman Lockheed Martin F-35 Amerika, yang akan diproduksi bersama di Turki. Produksi itu dibatalkan oleh Gedung Putih karena pembelian Ankara atas sistem pertahanan udara buatan Rusia.

Namun demikian, Ankara tetap melanjutkan pengadaan tersebut.

Turki telah berusaha untuk meningkatkan pertahanan udaranya terutama sejak Washington memutuskan pada 2015 untuk menarik sistem rudal permukaan-ke-udara Patriot dari perbatasan Turki-Suriah, sebuah langkah yang melemahkan pertahanan udara Turki.

Sebelum beralih ke Rusia, militer Turki dilaporkan keluar dari kontrak 3,4 miliar dolar untuk sistem serupa di China. Penarikan itu terjadi di bawah tekanan yang diklaim dari Washington.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *