Bin Salman Ubah Nada Bicaranya terhadap Iran, Ini Analisis Reuters
POROS PERLAWANAN – Putra Mahkota Saudi, Muhammad bin Salman pada Selasa 27 April malam mengatakan, Iran adalah negara tetangga Saudi dan ia berharap negaranya bisa menjalin hubungan baik dengan Teheran.
Dilansir Fars, Reuters menganalisis pernyataan Bin Salman ini. Kantor berita ini menyatakan, Bin Salman secara terbuka mengambil sikap yang lebih lunak terhadap Iran. Dia berusaha mengurangi perseteruan lama dengan memerhatikan aspek-aspek ekonomi dan perselisihan dengan Washington soal menyikapi Teheran.
Menurut Reuters, gesekan antara Teheran dan Riyadh meningkat terkait perang di Yaman. Ansharullah juga menambah intensitas serangan atas Saudi di saat Riyadh berusaha menarik para investor luar negeri.
Ketegangan antara keduanya, tulis Reuters, kian menajam menyusul serangan ke fasilitas minyak Aramco pada 2019. Riyadh menuding Teheran sebagai dalang di balik serangan, yang langsung ditepis mentah-mentah oleh Iran.
Dalam wawancara dengan al-Arabiya, Bin Salman mengaku bahwa kendati Riyadh bermasalah dengan “perilaku negatif Teheran”, namun negaranya ingin memiliki hubungan baik dengan Iran.
“Kami tak ingin Iran berada dalam kondisi sulit. Sebaliknya, kami ingin Iran sejahtera dan berkembang. Kami memiliki kepentingan di Iran, begitu pula mereka di Kerajaan (Saudi), agar kami membawa Kawasan dan dunia ke arah pertumbuhan dan perkembangan,” kata Bin Salman.
Reuters menulis, statemen ini kontradiktif dengan pernyataan Putra Mahkota Saudi pada 2017 silam, juga berlawanan dengan ucapan Bin Salman sebelumnya bahwa rivalitas perebutan pengaruh antara dua negara harus terjadi di dalam Iran, bukan Saudi.
Dosen tamu Pusat Riset LSE Middle East, Mudawi al-Rashid berpendapat, salah satu faktor berubahnya narasi Bin Salman terhadap Iran adalah untuk membuat Joe Biden terkesan.
