Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Iran Sesalkan Negara Tetangganya yang Buta Sejarah dan Terjebak Pertaruhan Nasib Sesuai Kemauan AS

Iran Sesalkan Negara Tetangganya yang Buta Sejarah dan Terjebak Pertaruhan Nasib Sesuai Kemauan AS

POROS PERLAWANAN – Dilansir al-Alam, Menlu Iran Javad Zarif dalam cuitan yang ditujukan kepada negara-negara tetangga Iran menulis, ”Donald Trump akan pergi 70 hari lagi. Namun kami akan selalu berada di sini.”

Zarif dalam cuitannya menyatakan, bertaruh pada pihak-pihak asing untuk mendapatkan keamanan bukan perjudian yang baik. Menurutnya, Iran membuka tangan lebar-lebar kepada para tetangganya untuk berunding dan menyelesaikan perselisihan.

Berlawanan dengan kebijakan-kebijakan para syekh Arab yang mengabaikan hakikat sejarah dan geografi, Iran selalu memperlakukan para tetangganya secara cerdas dan pandangan jauh ke depan. Iran mengulurkan tangan persahabatan kepada mereka berdasarkan prinsip bahwa kita adalah Muslim dan mesti berdampingan sesuai hukum geografi dan sejarah.

Cuitan Zarif menunjukkan, kebijakan Iran tak pernah dipengaruhi perkembangan yang tengah terjadi di sisi lain dunia, bahkan tak pernah memperhitungkannya. Iran selalu menjadikan kerja sama dengan tetangga sebagai pedoman kebijakan luar negerinya.

Berbeda dengan Iran, kebijakan negara-negara tetangganya senantiasa bergantung pada kejadian-kejadian di luar Kawasan, seolah mereka sendiri tidak bisa mengendalikan situasi. Inilah yang menyebabkan keamanan regional bergantung pada kehadiran kekuatan-kekuatan asing; kekuatan-kekuatan yang menjadikan permainan kekuasaan dan penciptaan kekacauan sebagai “tujuan suci mereka”.

Sangat disesalkan bahwa para tetangga Iran menggantungkan nasib mereka pada Pilpres AS. Padahal negara-negara lain menggariskan kebijakan-kebijakannya dengan mengandalkan daya domestik dan hubungan rasional dengan para tetangga. Mereka tidak menaruh “telur-telur mereka” dalam keranjang orang gila macam Trump, yang seperti dinyatakan sendiri oleh orang-orang AS, rakyatnya sendiri tidak tahan diperintah olehnya lebih dari satu periode.

Lebih parah lagi, para tetangga Iran tak hanya menggantungkan nasib mereka kepada AS saja, tapi juga kepada orang-orang di negara tersebut. Mereka mengeluarkan segala sumber dayanya untuk mendukung Trump melawan Joe Biden. Mereka menunjukkan betapa bodohnya diri mereka. Kini, mereka terpaksa membuka perbendaharaan mereka untuk Gedung Putih, agar Biden bisa memaklumi kesalahan mereka karena mendukung Trump.

Hal yang aneh adalah, para tetangga Iran menganggap Trump sebagai pelindung mereka, kendati orang ini telah memperlakukan mereka secara hina. Andai saja para syekh Arab ini diberitahu apa yang ditulis media soal Trump, sehingga mereka tidak lagi menghinakan diri demi Trump dan terhindar dari konsekuensi buruk karena mengandalkannya.

Para tetangga Iran diharapkan untuk mengambil pelajaran dari pengalaman dengan Trump, serta tidak lagi menggantungkan nasib negara mereka dengan figur-figur tertentu. Andai keamanan regional tidak sepenting keamanan takhta mereka, masih ada bangsa dan negara lain, yang tanpa memandang siapa penghuni Gedung Putih, akan berusaha mewujudkan keamanan di Timur Tengah.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *