Legislator AS Tuntut Pentagon Jujur Umumkan Statistik Asli Korban Sipil Akibat Serangan AS
POROS PERLAWANAN – Senator Demokrat, Elizabeth Warren dan anggota Majelis Perwakilan AS, Ro Khanna meminta dari Kemenhan AS (Pentagon) untuk memublikasikan statistik tahunan korban sipil operasi militer AS yang sebenarnya.
Dikutip Fars dari TRT, dua legislator AS ini mengirim surat kepada Menhan AS, Lloyd Austin dan memintanya merevisi secara serius statistik yang telah diumumkan tentang korban sipil di berbagai penjuru dunia.
Pada Juni lalu, Pentagon dalam laporannya mengklaim bahwa operasi militer yang dilancarkan Tentara AS “hanya” menewaskan 23 warga sipil dan melukai 10 orang lainnya.
Meski demikian, Warren dan Khanna dalam surat mereka mengingatkan, ”Laporan-laporan tepercaya para pengamat korban sipil dan laporan PBB menunjukkan, kemungkinan statistik yang sebenarnya lima kali lipat lebih banyak dari statistik yang diumumkan.”
Dalam laporan PBB dan lembaga-lembaga HAM disebutkan, Tentara AS di berbagai negara telah menewaskan 102 warga sipil. Namun dalam statistik ini pun sejumlah kasus tidak dicantumkan.
“Sebagai langkah awal, kami meminta Anda untuk menyelidiki masalah ini bahwa kenapa perbedaan tentang jumlah korban sipil masih terus berlanjut? Dalam langkah-langkah berikutnya, berikan jaminan bahwa Tentara AS dalam penyelidikan tentang statistik korban sipil lebih menghargai sumber-sumber informasi mancanegara. Tentara AS jangan hanya merasa cukup dengan sumber-sumber domestik saja, tapi juga memerhatikan evaluasi dari pihak ketiga,” tandas Warren dan Khanna dalam surat mereka.
Mereka juga mengkritik Pentagon karena tidak memberikan ganti rugi senilai 3 juta dolar kepada keluarga para korban.
Laporan Pentagon mengklaim, berbagai operasi militer Tentara AS di Afghanistan tahun lalu hanya menewaskan 20 orang. Namun Biro Urusan Afghanistan di PBB menyatakan, Tentara AS sedikitnya membunuh 89 orang dan melukai 31 lainnya.
Dalam kasus lain, Kemenhan AS mengaku hanya satu warga sipil yang terbunuh oleh Tentara AS di Somalia. Padahal laporan-laporan menyebutkan bahwa mereka telah menyebabkan kematian sedikitnya 7 warga sipil di negara Afrika tersebut.
