Mantan PM Israel: Setelah AS Singkirkan Trump, Kini Giliran Kita Lengserkan Netanyahu
POROS PERLAWANAN – Dilansir Fars, mantan PM Israel Ehud Barak di akun Twitter-nya menulis, kini giliran penduduk Israel untuk melengserkan Benyamin Netanyahu dari kekuasaan.
Dia lalu membandingkan Donald Trump dengan Netanyahu dan menulis, ”Mereka berdua sama-sama melawan hukum dan mengolok-olok sistem peradilan. Mereka juga sama-sama mengidap narsisme akut dan menghina para pendukung mereka sendiri. Orang-orang AS telah mengusir Trump dengan membayar harga mahal. Kini giliran kita.”
Dalam beberapa tahun silam, Netanyahu berkali-kali menjadi tersangka penggelapan finansial. Polisi Israel telah membentuk tiga berkas terkait korupsi dan penggelapan dana Netanyahu. Selama tiga tahun terakhir, Polisi Israel telah menginterogasi berbagai sumber, termasuk staf dan mantan menteri Kabinet Rezim Zionis sebelum ini.
Sejauh ini, Netanyahu berhasil berkelit dari proses peradilan dan hanya hadir di satu majelis pengadilan. Pada hari Jumat 8 Januari kemarin, Pengadilan Pusat Israel di Jerusalem mengumumkan, sidang dengar pendapat Netanyahu ditunda untuk waktu lain.
Sementara itu, mayoritas warga Israel khawatir kejadian serupa serangan ke Kongres AS juga terjadi di Israel.
Harian Jerusalem Post melaporkan, hasil sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa 56 persen warga Zionis meyakini, ada kemungkinan bahwa insiden serupa di AS akan terjadi di Parlemen Israel (Knesset).
Di antara mereka yang menilai bahwa insiden serupa bisa terjadi di Israel, 77 persen dari kalangan sayap kiri dan 28 persen dari kelompok sayap kanan.
Baru-baru ini, sejumlah penentang kebijakan Netanyahu berhasil mendekati kediamannya. Hal ini memicu pembahasan di antara pejabat keamanan internal (Shin Bet) dan aparat kepolisian untuk memperkuat keamanan di sekitar rumah PM Israel.
Akhirnya diputuskan untuk memasang kawat berduri di atas pagar besi yang sudah dipasang sebelumnya di sekitar, bahkan di dalam, kediaman Netanyahu. Namun Polisi Israel membantah bahwa hal ini dilakukan sebagai dampak dari insiden serangan ke Kongres AS.
