Loading

Ketik untuk mencari

Afrika

Medalis Kejuaraan Atletik Dunia Asal Aljazair Kibarkan Bendera Palestina

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, pelari jarak menengah Aljazair Djamel Sedjati mengibarkan bendera nasional Palestina di sekitar stadion untuk merayakan hasil usahanya yang luar biasa di Kejuaraan Atletik Dunia 2022 di Amerika Serikat, saat ia menjadi runner-up di turnamen tersebut.

Atlet berusia 23 tahun itu berpartisipasi dalam final 800 meter dan selesai dalam waktu 1:44,14 di Hayward Field di Eugene, Oregon. Ia berada di belakang Emmanuel Kipkurui dari Kenya, yang meraih emas dengan 1:43,71.

Marco Arop dari Kanada meraih perunggu dalam waktu 1:44.28, sementara satu-satunya pelari Arab lainnya, Slimane Moula dari Aljazair, finis di tempat kelima.

Setelah kemenangannya, Sedjati membawa bendera Palestina dan juga bendera Aljazair. Dia berlari di sekitar trek dan lapangan stadion dan mendapat tepuk tangan antusias, terutama dari penggemar asal Arab dan Aljazair.

Ia mengaku senang dengan pencapaian terbarunya itu, meski sempat berharap bisa membawa pulang medali emas.

“Yang penting saya memenangkan satu dari tiga medali,” katanya seperti dilansir AFP.

“Ini membawa kegembiraan ke hati orang Aljazair dan Arab. Itu adalah balapan yang kuat,” kata Sedjati.

Kejuaraan Atletik Dunia 2022, yang merupakan edisi kedelapan belas Kejuaraan Atletik Dunia, diadakan dari 15 hingga 24 Juli, di Eugene, Oregon, Amerika Serikat.

Kembali pada Juli tahun lalu, judoka Aljazair Fethi Nourine mengundurkan diri dari Olimpiade Tokyo 2020 untuk menghindari menghadapi lawan asal Israel.

Nourine, yang akan berlaga di kompetisi judo bawah 73kg putra, mengumumkan keputusannya sehari sebelum upacara pembukaan Olimpiade Tokyo.

Atlet itu akan bertarung melawan Mohamed Abdalrasool dari Sudan pada 26 Juli di babak pertama. Jika dia menang, dia akan berpotensi bentrok dengan kontestan Israel, Tohar Butbul.

Nourine berbicara kepada media lokal Aljazair tentang pengunduran dirinya, mengatakan bahwa dukungannya untuk perjuangan Palestina membuatnya tidak mungkin untuk bersaing dengan Butbul.

“Kami telah bekerja keras untuk lolos ke Olimpiade, tetapi perjuangan Palestina lebih besar dari itu semua.

“Posisi saya konsisten pada masalah Palestina, dan saya menolak normalisasi, dan jika saya harus absen dari Olimpiade, Tuhan akan memberi kompensasi,” katanya saat itu.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *