Loading

Ketik untuk mencari

Yaman

Menhan Atifi: Kondisinya Makin Terpojok dan Menyedihkan, Pasukan Agresor Saudi Cari Cara Kabur tanpa ‘Kehilangan Muka’ dari Yaman

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Menteri Pertahanan Pemerintah Penyelamat Nasional Yaman, Mayor Jenderal Muhammad Nasser al-Atifi mengatakan bahwa Arab Saudi dan sekutunya yang terlibat dalam agresi dan perang di negaranya sedang mencari cara untuk keluar dari situasi sulit di Yaman.

“Koalisi negara anggota agresor sedang melalui kondisi yang menyedihkan, dan sekarang mencari jalan keluar dari situasi sulit di Yaman,” kata Atifi dalam wawancara eksklusif dengan jaringan televisi Yaman al-Masirah pada Jumat malam.

Dia menambahkan, “Kami memiliki informasi dan koordinat yang memberi kami kesempatan untuk menantang Koalisi Agresor, dan membuat marah Riyadh, Washington, London, Paris dan Tel Aviv. Mereka tidak akan menemukan apa pun selain serangan pembalasan selama agresi mereka terus berlanjut.”

Pejabat tinggi militer Yaman menunjukkan bahwa aliansi militer yang dipimpin Saudi tidak ingin mengakui kekalahan dalam kampanyenya melawan Yaman, mencatat bahwa mereka yang menyeret rezim Riyadh dan sekutunya ke dalam agresi sekarang sedang mencari pelarian untuk menyelamatkan muka.

Laporan AS mengatakan para pemimpin Amerika telah menyadari bahwa Kerajaan sedang melanjutkan perang yang kalah di Yaman dan ingin Washington berhenti dari konflik tersebut.

Lembaga pemikir kebijakan pertahanan konservatif yang berbasis di Washington, Jamestown Foundation, mengatakan, “Intervensi Arab Saudi tidak mencapai apa pun dari tujuannya. Houthi (a.k.a. Ansharullah) dan sekutunya sekarang, lebih dari sebelumnya, adalah kekuatan militer utama di Yaman. Pada saat yang sama, pejuang Ansharullah yang menyerap banyak perwira dan insinyur Angkatan Darat Yaman yang paling cakap telah mengembangkan kemampuan mereka untuk membangun dan meluncurkan berbagai rudal, roket, dan drone.”

“Jadi, pengaruh dan cengkeraman Houthi di barat laut Yaman harus ditangani secara politis, jika harus ditangani,” kata lembaga pemikir AS itu.

Ia menambahkan bahwa, “lambatnya kesadaran Arab Saudi bahwa ia harus mengakhiri keterlibatan langsungnya dalam perang bersama dengan perubahan yang tidak menguntungkan dalam kebijakan luar negeri AS mendorongnya untuk mengurangi dukungan kepada proksi di Yaman.”

“Arab Saudi sangat ingin melepaskan diri dari keterlibatannya yang mahal di Yaman. Intervensi Arab Saudi di Yaman telah merugikan Kerajaan beberapa ratus miliar dolar (pada satu titik Saudi menghabiskan lima miliar dolar per bulan untuk perang mereka di Yaman), Tulis Jamestown Foundation.

Atifi menyoroti bahwa Angkatan Bersenjata Yaman dan pejuang dari Komite Populer sekutu saat ini sedang memerangi tentara bayaran dan militan pimpinan Saudi yang setia kepada mantan Presiden Yaman, Abd Rabbuh Mansur Hadi, di puluhan front, termasuk provinsi Ma’rib dan al-Bayda di Yaman tengah. Juga di provinsi selatan Ta’izz dan Dhale, provinsi utara al-Jawf serta provinsi barat strategis Hudaydah.

“Ma’rib adalah provinsi Yaman dan itu harus dibebaskan, seperti yang terjadi di semua wilayah Republik Yaman,” katanya.

“Setiap kali Angkatan Bersenjata Yaman mencetak kemenangan lapangan, ada keributan di antara negara-negara dunia karena berbagai alasan, termasuk ketakutan akan pasokan minyak… Sementara pilihan [militer] dari Koalisi Agresor semakin menyempit, pilihan kita berkembang. Kami memiliki strategi (pembalasan) yang dijuluki ‘Rasa Sakit Luar Biasa’ dan siap menerapkannya kapan saja,” kata Atifi.

Di tempat lain dalam sambutannya, dia menyoroti bahwa Angkatan Bersenjata Yaman telah membuat pencapaian ofensif dan defensif yang hebat selama enam tahun terakhir, menekankan bahwa pasukannya sekarang dapat memproduksi beragam persenjataan, mulai dari senjata ringan hingga berat, rudal balistik dan bersayap, drone tempur serta sistem pertahanan udara dan laut.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Amerika dan Saudi pada suatu kesempatan bersekongkol melawan dan menghancurkan kemampuan pertahanan Yaman, yaitu penghancuran sistem pertahanan udara negara pada masa pemerintahan presiden Yaman yang terbunuh, Ali Abdullah Saleh.

“Dulu di tahun 2013, kami diundang ke sebuah sesi dengan Komite Restrukturisasi Militer. Panitianya adalah orang Amerika-Yordania, dan bersikeras mengumpulkan informasi tentang unit rudal yang saya pimpin saat itu,” Atifi menggarisbawahi.

“Kami kembali bertemu dengan Komite yang sama pada Agustus tahun itu. Selama pertemuan, mereka fokus pada rudal yang kami miliki dan kesiapan mereka.”

“Setelah Revolusi 21 September (pemberontakan populer tahun 2014 yang menggulingkan Pemerintah Hadi yang didukung Saudi), kami mengembalikan sistem rudal kami, mengembangkannya dan memproduksi rudal baru -beberapa di antaranya telah digunakan sementara yang lain belum diungkap,” kata Menteri Pertahanan Yaman tersebut.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *