Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Pecundangi Rezim Tel Aviv, Peretas Elite Iran Sukses Bobol Kantor Netanyahu dan Puluhan Perusahaan Strategis Israel

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, sebuah harian Israel mengklaim bahwa sekelompok peretas elite yang diperkenalkannya sebagai orang Iran, telah berhasil mencapai kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan perusahaan kedirgantaraan utama rezim Tel Aviv.

Surat kabar Ha’aretz meneribitkan laporan pada hari Senin, mengatakan bahwa kelompok peretas yang pertama kali muncul pada awal November itu sejauh ini telah menyerang sejumlah sasaran di Israel, termasuk setidaknya 80 perusahaan.

Dalam serangan terbarunya selama akhir pekan lalu, kelompok itu berhasil masuk ke Portnox, sebuah perusahaan keamanan siber Israel yang menyediakan layanan keamanan jaringan untuk banyak klien besar.

“Di Twitter, para peretas mengklaim telah mengakses data klien ini -mulai dari bank besar hingga HMO (organisasi pemeliharaan kesehatan), dan bahkan Badan sensitif seperti Kantor Perdana Menteri dan kontraktor pertahanan”, tulis surat kabar itu.

Sebelum operasi terbaru akhir pekan lalu, kelompok yang diidentifikasi dengan nama “Pay2key” ini menyerang Israel Aerospace Industries, yang merupakan produsen kedirgantaraan dan penerbangan terkemuka rezim Tel Aviv, dan kontraktor militer terbesar Elbit, yang oleh surat kabar tersebut disebut sebagai “salah satu produsen pertahanan elektronik terbesar di dunia”.

Dalam kasus Israel Aerospace Industries, Pay2Key menerbitkan data terkait pekerja perusahaan secara online. Ha’aretz mengutip para ahli yang mengatakan bahwa metode ini mencerminkan niat kelompok tersebut untuk “mempermalukan” rezim Israel.

Di tempat lain dalam sebuah sesi dengan Press TV, komentator poltik Michael Springmann mengatakan bahwa terlepas operasi tersebut berkaitan dengan Iran atau tidak, faktanya adalah bahwa “Israel telah menyatakan ketakutan yang besar terhadap keamanan elektronik mereka, dan keamanan dunia maya mereka sangat terancam”.

“Mereka pada awalnya percaya bahwa mereka adalah satu-satunya di dunia yang cukup cerdas secara elektronik untuk melindungi diri mereka sendiri, tetapi (pada akhirnya sadar) ternyata mereka tidak secerdas yang mereka kira,” tambahnya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *