Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Rai al-Youm Bahas Alasan Trump Sebut Jenderal Soleimani ‘Musuh Nomor Satu AS’

Rai al-Youm Bahas Alasan Trump Sebut Jenderal Soleimani ‘Musuh Nomor Satu AS’

POROS PERLAWANAN – Dalam artikel berjudul “Kenapa Trump Mendeskripsikan Syahid Soleimani ‘Musuh Nomor Satu AS”, harian transregional Rai al-Youm membahas faktor-faktor di balik teror terhadap Komandan Pasukan Quds IRGC tersebut.

“Ketika mantan Presiden AS, Donald Trump mengaku bertanggung jawab atas teror Soleimani, dia tidak dalam keadaan mabuk, gila, atau tak sadar saat berkata, ’Hari ini kita telah membunuh musuh nomor satu AS’”, tulis Rai al-Youm, dilansir Fars.

“Sebab dia praktis telah membunuh orang yang menggagalkan proyek pembawa petaka yang diciptakan biro intelijen AS di Kawasan, yang korban pertamanya adalah Suriah dan disusul oleh Irak. Andai bukan karena Iran, Soleimani, para pahlawan Irak dan Suriah, al-Hashd al-Shaabi, Fatimiyyun (pasukan relawan Afghanistan), Zainabiyyun (pasukan relawan Pakistan), al-Nujabah, Kataib Hizbullah, dan selain mereka, proyek ini niscaya telah menyebar hingga Iran dan negara-negara lain di Kawasan. Bagaimana caranya?”

“Kita semua mendengar ungkapan ‘creative chaos’ yang digunakan mantan Menlu AS, Hillary Clinton di masa itu. Sebagian orang tidak menyadari kedalaman ungkapan ini, sebagaimana mereka tidak mencerna kedalaman statemen Trump bahwa ‘musuh nomor satu AS telah dibunuh’. Creative chaos adalah sebuah proyek (tradisional) AS yang sebenarnya merupakan proyek alternatif AS di tengah kemerosotannya di Kawasan dan melemahnya hegemoninya atas Timteng. Hal ini terlihat jelas dalam banyak peristiwa di dunia, dan yang paling penting adalah hengkangnya AS dari Irak.”

“Berlanjutnya hegemoni AS atas Kawasan membutuhkan biaya besar dan beragam intervensi, terutama intervensi militer. Namun AS saat itu, juga sekarang, berkutat dengan defisit finansial besar. Sebab itu, AS berpaling kepada proyek megadestruktif, yaitu menciptakan kekacauan di Kawasan, dan instrumennya adalah kemunculan ISIS.”

“Dengan menciptakan ISIS, Washington mengejar sejumlah target:

Pertama, negara-negara yang diteror ISIS akan berlindung kepada AS, memohon bantuan darinya, dan meminta Washington menyediakan apa yang dibutuhkan untuk menghadapi ISIS.

Kedua, meningkatkan permintaan senjata, perangkat, dan logistik AS.

Ketiga, menguras kekuatan negara-negara yang dimasuki ISIS.

Keempat, mengancam negara yang bisa membangkang kepada AS, walau itu adalah sekutunya.

Namun bagaimana dalam praktiknya?”

“ISIS muncul di Suriah dan menduduki satu per satu kawasan di negara itu, sampai dikatakan bahwa dua pertiga wilayah Suriah telah dikuasai ISIS. Kemudian ISIS pindah ke Irak, menduduki Mosul, dan mulai menyebar di Irak hingga sampai ke dinding-dinding Baghdad. Fatwa jihad Ayatullah Ali Sistani menghentikan laju ISIS dan rakyat Irak mampu melindungi Tanah Air mereka, mensterilkan kawasan-kawasan Irak dari ISIS, dan mempertontonkan puncak heroisme mereka dengan membebaskan Mosul.”

Menurut Rai al-Youm, ketika media-media AS menyatakan bahwa “ISIS tak bisa dikalahkan dalam tempo kurang dari 20 tahun”, ini menandakan bahwa dinas intelijen AS telah merencanakan supaya Timteng selama 20 tahun diliputi kekacauan. Rentang waktu ini akan dimanfaatkan AS untuk menghimpun kembali kekuatannya dan kembali mengendalikan Kawasan dan dunia.

Meski demikian, lanjut Rai al-Youm, rencana ini dirusak oleh tindakan Syahid Soleimani dalam menumpas ISIS, menyokong pasukan Irak, al-Hashd al-Shaabi, faksi-faksi Irak dan Suriah, membentuk brigade-brigade militer di Suriah, dan lebih penting dari itu, inisiatif Hajj Qassem dalam meyakinkan Moskow untuk terlibat di Suriah.

“Kekalahan ISIS telah memupus impian AS untuk menguasai Kawasan melalui kekacauan yang diciptakan kelompok teroris itu. Syahid Soleimani adalah pemimpin yang telah menggagalkan proyek AS ini”, pungkas Rai al-Youm.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *