Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Syarat Tak Masuk Akal AS Agar Saudi Tak Kehilangan Muka, Penyebab Perundingan Yaman Tak Kunjung Buahkan Hasil

Syarat Tak Masuk Akal AS Agar Saudi Tak Kehilangan Muka, Penyebab Perundingan Yaman Tak Kunjung Buahkan Hasil

POROS PERLAWANAN – Komandan CENTCOM, Frank McKenzie menuding Ansharullah bertanggung jawab atas tiadanya hasil dalam perundingan Yaman. Ia mengaku punya sumber-sumber tepercaya bahwa Ansharullah hanya mengulur-ulur waktu dalam perundingan.

Dilansir al-Alam, statemen McKenzie benar dari satu sisi, yaitu bahwa Pemerintahan Keselamatan Nasional Yaman berada dalam posisi unggul di medan tempur. Sebab itu, Sanaa tidak melihat alasan untuk menerima syarat-syarat yang diajukan atas kepentingan AS dan Saudi; syarat-syarat yang tidak diyakini sama sekali oleh Sanaa.

Tentu saja bukan hanya Ansharullah, tapi siapa pun yang berada di posisi para politisi Yaman tidak akan pernah menerima syarat-syarat yang tidak memenuhi kepentingan rakyat Yaman setelah menjadi korban agresi selama 7 tahun.

Realita dari perundingan yang disebut-sebut McKenzie hanya bisa disimpulkan pada poin bahwa perundingan itu bertujuan memenuhi kepentingan AS dan memfasilitasi keluarnya Saudi secara bermartabat (tanpa kehilangan muka) dari perang Yaman. Tidak ada tujuan selain ini. AS dalam hal ini juga berusaha untuk menghilangkan ancaman terhadap Israel dari arah Yaman dan Bab al-Mandeb.

Fakta lain adalah bahwa masing-masing dari kedua belah pihak memiliki pandangan berbeda dalam sejumlah isu utama dalam krisis Yaman, yaitu soal pencabutan blokade Yaman, gencatan senjata, dialog nasional, dan cara pembentukan Pemerintahan mendatang.

Saudi bersikeras bahwa gencatan senjata harus diwujudkan terlebih dahulu, setelah itu baru isu-isu lain dibahas kemudian. Namun Pemerintahan Keselamatan Nasional Yaman berkukuh bahwa pencabutan blokade harus diprioritaskan atas segalanya.

Jelas bahwa selama blokade belum dicabut sepenuhnya, kesepakatan apa pun berarti bahwa pihak Yaman tidak memiliki sarana untuk menekan Koalisi Agresor.

Baru-baru ini, sebuah delegasi dari Oman pergi ke Sanaa dan berunding dengan Otoritas Yaman. Delegasi ini juga mengunjungi front-front tempur, namun tidak membawa proposal apa pun untuk perundingan.

Utusan PBB, Griffiths di hari-hari terakhir tugasnya pun datang ke Iran tanpa membawa proposal baru. Artinya, propaganda bahwa Ansharullah mengharapkan perundingan, hanya bertujuan untuk melancarkan aspek-aspek baru psy war terhadap kelompok Poros Perlawanan Yaman itu.

Sebagian orang berpikir bahwa masalah Yaman bergantung kepada perundingan nuklir Iran. Namun fakta di lapangan membuktikan sebaliknya. Saudi telah gagal menjadikan masalah Yaman sebagai “sandera” dalam perundingan tiga periode dengan Iran.

Tampaknya dengan penaklukan Ma’rib yang sudah kian dekat, baik Saudi maupun AS akan menghadapi tantangan yang jauh lebih berat. Mungkin karena alasan inilah ada rumor tentang “pemain baru” di pentas perundingan Yaman. Pemain baru ini tak lain adalah Qatar, negara yang selama lebih dari 3 tahun mendapat tekanan dari Saudi dan konco-konconya, meski dalam beberapa bulan terakhir sudah mau kembali berbaikan dengan mereka.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *