Loading

Ketik untuk mencari

Iran

Zarif Sindir Macron Tak Intervensi Urusan Regional dan Berbuat Aneh-aneh Sodorkan Syarat Baru Soal Nuklir Iran

Zarif Sindir Macron Tak Intervensi Urusan Regional dan Berbuat Aneh-aneh Sodorkan Syarat Baru Soal Nuklir Iran

POROS PERLAWANAN – Menlu Iran, Javad Zarif menanggapi tuntutan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang meminta Saudi disertakan dalam perundingan nuklir Iran. Zarif menegaskan, Iran tidak punya satu perundingan dengan persyaratan yang di situ harus ada Saudi atau tidak.

“Kita memiliki JCPOA yang sudah dirundingkan dengan gamblang. JCPOA adalah dokumen setebal 150 halaman, yang per katanya sudah dirundingkan, disepakati, dan dinaik-turunkan. Ada sebagian pasal yang tidak mereka sukai, ada pula pasal yang tak kita senangi,” kata Zarif kepada Kanal 2 Televisi Iran, seperti dilansir Fars.

Ditujukan kepada Macron, Menlu Iran mengatakan, ”Tidak ada yang memaksa Anda untuk bergabung dengan JCPOA. Anda sendiri yang membawa resolusi ke Dewan Keamanan dan menyetujuinya. Kesepakatan ini tetap pada tempatnya. Kami tidak ingin merundingkan sesuatu yang di situ harus ada Saudi.”

“Kami ingin berbicara dengan Saudi tentang Kawasan. Kalian (Prancis) tidak punya tempat di sini. Dalam isu-isu regional, yang terlibat dalam perundingan adalah negara-negara di Kawasan saja.”

“Resolusi 598 Dewan Keamanan diperuntukkan bagi tahun 1987. Pasal 8 Resolusi ini dicantumkan atas usulan Iran, bahwa Sekjen PBB hendaknya duduk bersama 8 negara di Teluk Persia (Iran, Irak, UEA, Saudi, Bahrain, Kuwait, dan Qatar) untuk bicara masalah keamanan.”

“Resolusi ini tidak menyebut bahwa tuan-tuan dari AS atau Prancis ikut berunding. Pihak yang mesti duduk bersama adalah 8 negara di Kawasan, bahkan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) atau dua negara lain pun tidak berhak. Jadi, Tuan-tuan ini jangan membikin sesuatu yang baru,” sindir Zarif.

Menurut Zarif, hingga kini 8 negara ini belum duduk bersama, sebab Saudi selalu menyulut perang melalui tangan pihak lain.

“Satu waktu, Saudi ingin melakukan perang melalui Saddam Hussein, hingga membelanjakan senjata senilai 75 miliar dolar untuk Saddam. Kemudian 8 tahun setelahnya, Saudi melihat bahwa senjata itu digunakan untuk menyerang mereka sendiri. Belakangan, Saudi menaruh uang itu di kocek Trump,” kata Zarif.

“Kami tahu bahwa saat Emir Kuwait terdahulu mengajukan sebuah usulan, yang diterima Iran, satu dua orang petinggi GCC saat ini berkata untuk menunggu terlebih dahulu sampai ‘Trump membuat Iran waras kembali.’ Faktanya, Trump sudah pergi dan Iran justru lebih kuat dari sebelumnya,” pungkas Zarif.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *