Loading

Ketik untuk mencari

Asia Barat

Abaikan Penentangan Rakyat Bahrain, Menlu Israel Kunjungi dan Resmikan Kedutaan di Manama

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, menentang oposisi keras rakyat Bahrain, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid telah tiba di Manama untuk menandai kunjungan pertamanya ke Bahrain setahun setelah penandatanganan apa yang disebut “Kesepakatan Abraham” untuk membangun hubungan diplomatik.

Dia mendarat di bandara Manama, di mana penerbangan komersial pertama antara Bahrain dan Israel lepas landas tak lama kemudian, untuk pertemuan dengan otoritas tinggi Bahrain dan untuk meresmikan kedutaan Israel di sana.

Kunjungan Lapid ke Bahrain bertujuan untuk memajukan kesepakatan normalisasi yang didorong AS antara Israel dan sejumlah negara Arab, termasuk UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko. Dia akan membuka kedutaan Israel di Manama.

Diplomat top Israel telah membuka kedutaan Israel di Abu Dhabi dan berjanji untuk segera mendirikan kedutaan rezim di Rabat. Namun, Menteri Luar Negeri Sudan mengatakan pada akhir pekan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk membuka kedutaan besar Israel di Khartoum.

Di pinggiran Manama, pengunjuk rasa membakar ban pada Kamis pagi untuk menyuarakan kemarahan mereka atas kunjungan Lapid.

Tagar #BahrainTolak Zionis dalam bahasa Arab beredar di media sosial menentang langkah tersebut.

Selama kunjungan Lapid, Bahrain dan Israel dijadwalkan menandatangani sejumlah perjanjian untuk lebih mempererat hubungan bilateral, termasuk kesepakatan ekonomi dan kerja sama antara rumah sakit dan perusahaan air.

“Kami melihat Bahrain sebagai mitra penting, bukan hanya di tingkat bilateral tetapi juga sebagai jembatan kerja sama dengan negara-negara lain di kawasan itu,” kata Jubir Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Haiat.

Awal bulan ini, pada ulang tahun pertama Kesepakatan Abraham, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berjanji untuk “menjaga agar normalisasi terus berjalan”.

“Kami akan mendorong lebih banyak negara untuk mengikuti jejak Emirat, Bahrain, dan Maroko,” kata Blinken.

Menjelang kunjungan Lapid, kelompok oposisi utama Bahrain, Masyarakat Islam Nasional al-Wefaq, menyatakan perjalanan itu sebagai “ancaman”, dengan mengatakan, “Ini adalah berita provokatif dan perjalanan ini sepenuhnya ditolak, dan dia (Lapid) tidak boleh menginjakkan kaki di tanah Bahrain.”

“Setiap kehadiran [Israel] di tanah Bahrain berarti menghasut perasaan rakyat Bahrain, upaya putus asa untuk melanggar kata dan kemauan mereka, dan pada saat yang sama, pelanggaran besar terhadap hak mereka dalam masalah-masalah penting dan prinsipil,” kata al-Wefaq dalam sebuah pernyataan.

Al-Wefaq mencatat bahwa rezim Manama yang mengundang rezim Israel ke Bahrain tidak memiliki hak dan tidak diberi wewenang oleh rakyat Bahrain untuk menjalin hubungan dengan Israel.

Oleh karena itu, lanjut kelompok itu, komunikasi atau hubungan apa pun ditolak, dikutuk dan dicela.

Ulama terkemuka di Bahrain, Sheikh Isa Qassim juga mengecam normalisasi rezim Manama dengan Israel sebagai “pengkhianatan menjijikkan” dan “perang politik” yang dilakukan oleh rezim penguasa Bahrain terhadap rakyat negara itu.

Dalam pernyataan yang dipublikasikan melalui akun Twitter-nya, pemimpin spiritual al-Wefaq mengatakan langkah itu disertai dengan intimidasi, pemiskinan, pemenjaraan, pemindahan, penghinaan, marginalisasi dan perampasan hak-hak rakyat Bahrain.

Bahrain bersikeras pada identitasnya dalam menghadapi kebijakan rezim yang berkuasa, dan perlawanan ini akan bertahan, tambahnya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *