AS Langgar Janjinya kepada Gorbachev, Picu Krisis Ukraina dan Bahaya Perang Dunia III

Share

POROS PERLAWANAN – Menlu AS, James Addison Baker pada 1990 pernah berjanji kepada Presiden terakhir Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, bahwa “AS tidak akan melebarkan NATO, walau seinci, ke arah timur”. Namun AS mengkhianati janjinya kepada Uni Soviet dan membuktikan bahwa Washington tidak pernah berkomitmen kepada kesepakatan atau perjanjian mana pun.

Dilansir al-Alam, karakteristik pengkhianat pada diri AS membuatnya tidak bisa dipercaya, sama seperti yang dilakukannya terhadap kesepakatan nuklir Iran (JCPOA). Pengalaman-pengalaman pahit sejarah menunjukkan bawa AS selalu memperlakukan negara-negara lain dengan gaya arogan.

Para analis politik, Robert Rabil dan Francois Alam menulis artikel berjudul “Americans Must Stop the March to World War II over Ukraine” di situs National Interest. Dalam artikel ini, mereka membenarkan bahwa AS dengan kekurangajaran, perilaku tak etisnya, dan ketidaktahuan akan sejarah, telah menyeret dunia kepada kehancuran dengan mengepung Rusia dengan NATO.

Dalam pandangan Rabil dan Alam, setelah AS berjanji kepada Uni Soviet pada 1990 untuk tidak mendekati perbatasannya, kita menyaksikan bahwa pada 1997, NATO mengundang Polandia, Hungaria, dan Republik Ceko ke KTT Madrid untuk bergabung dnegan pakta militer ini.

Dalam langkah keduanya pada 2004, NATO memasukkan Bulgaria, Estonia, Lituania, Latvia, Rumania, Slovakia, dan Slovenia. Sikap AS dalam revolusi Georgia pada 2003, 2004, dan 2014 juga telah menempatkan Washington dan Moskow dalam sebuah konflik hebat.

Dua penulis ini berpendapat bahwa penting untuk melihat sejarah guna memahami sikap Moskow dalam perang di Ukraina saat ini.

Mereka menyatakan bahwa kawasan Donbass adalah bagian dari wilayah Rusia, sejak Moskow mengalahkan suku Mongol pada abad 15. Krimea dan sekitarnya adalah tempat spesial untuk menonjolkan kekuasaan Kekaisaran Tsar. Peter Agung adalah orang pertama yang membentuk pangkalan laut Rusia di Laut Azov. Di masa kekuasaan Catherine Agung, Moskow membangun pangkalan laut strategisnya di Sevastopol, yang merupakan pangkalan utama armada Rusia di Laut Hitam.

Rabil dan Alam menilai bahwa kengototan AS untuk menjamin kemenangan Ukraina, memandang keamanan dan stabilitas AS sebagai bagian dari keamanan dan stabilitas Ukraina, dan tindakannya dalam memasok persenjataan paling berbahaya kepada Kiev, tidak lain adalah “seruan nyata untuk menyulut Perang Dunia yang akan menghancurkan Barat dan Euroasia sekaligus”.

Di akhir tulisan, Rabil dan Alam menyatakan bahwa dukungan untuk Ukraina dengan cara sevulgar ini akan memicu motivasi guna memulai Perang Dunia III. Mereka berdua menegaskan bahwa AS harus menghentikan kegilaan ini, serta menyatakan Aliansi (Barat) harus sadar: senjata bukan cara untuk mewujudkan perdamaian.