Harian Saudi: Ekonomi Iran Mulai Kebal Sanksi

Share

POROS PERLAWANAN – Harian Saudi, ArabNews dalam tulisannya menyinggung kian pudarnya efek sanksi-sanksi AS atas Iran secara bertahap. Teheran disebut tengah menciptakan sebuah ekonomi kontrasanksi.

“Dahulu, sanksi-sanksi atas Iran sangat berpengaruh. Namun perkembangan terbaru menunjukkan bahwa sanksi-sanksi Washington tidak begitu efektif untuk membendung Iran”, tulis ArabNews, dikutip Fars.

“Sebelum tahun 2015, yaitu ditekennya kesepakatan nuklir (JCPOA), sanksi-sanksi atas Republik Islam Iran efektif karena beberapa alasan. Yang pertama, karena AS mampu meyakinkan Rusia dan China untuk menekan Iran”.

“Hal ini menciptakan kesepakatan di antara 5 anggota tetap Dewan Keamanan dan memberi mereka keleluasaan untuk mengesahkan sejumlah resolusi sanksi atas Iran”.

“Namun tampaknya sekarang muncul sebuah celah besar di tengah kekuatan-kekuatan besar dunia, yang menyebabkan AS, Inggris, dan Prancis berada di satu sisi, sementara Rusia dan China berada di sisi lain”.

ArabNews lalu menyinggung upaya gagal Pemerintahan Donald Trump untuk mencegah berakhirnya pelarangan senjata Iran, yang disebutnya sebagai salah satu contoh celah di tengah masyarakat internasional dalam menghadapi Teheran.

“Untuk memahami bagaimana celah global ini membantu Iran menciptakan sebuah ekonomi kontrasanksi, penting bagi kita untuk membahas dari mana Iran mendapatkan pemasukan”, tulis ArabNews.

Menurut analisis harian Saudi ini, Iran saat ini memiliki sumber gas terbesar kedua dan sumber minyak terbesar keempat di dunia. Penjualan minyak Iran hampir 60 persen dari total pemasukan negara dan lebih dari 80 persen dari sumber-sumber ekspornya.

Iran disebut menggunakan kesempatan munculnya celah global ini untuk membuat kesepakatan-kesepakatan jangka panjang dengan para pembeli minyaknya.

“Secara singkat, seiring berlalunya waktu, sanksi-sanksi AS atas Iran semakin tidak efektif. Sebab, para pemimpin Iran tengah menciptakan sebuah ekonomi kebal sanksi dengan cara memperkuat hubungan dengan negara-negara seperti China dan Venezuela, sehingga yakin minyak Iran bisa dijual”, pungkas ArabNews.