Longmarch Arbain, Peristiwa Agung yang Sengaja Diboikot Media-media Barat-Arab

Share

POROS PERLAWANAN-Media-media Barat dan sejumlah media Arab saling berlomba meliput ritual-ritual keagamaan seperti Kumbh Mela, yang diadakan kaum Hindu tiap 12 tahun sekali di India dan diikuti 20 juta pemeluk agama Hindu. Meski demikian, media-media ini bungkam terhadap ritual tahun longmarch Arbain yang dihadiri lebih dari 22 juta peziarah, baik dari Syiah, Sunni, Kristen, Yazidi, dan selain mereka.

Dilansir al-Alam, jutaan orang ikut dalam longmarch Arbain dalam perjalanan menuju Karbala dan menciptakan pemandangan luar biasa di dunia.

Kedermawanan dan keramahan rakyat Irak adalah momen-momen indah yang melampaui bayangan manusia. Para peziarah dalam longmarch ini tidak mengeluarkan sepeser pun untuk mendapatkan makanan. Minuman, tempat tidur, dan pelayanan-pelayanan lain. Ribuan maukib (tempat untuk menjamu para peziarah) didirikan di kedua sisi jalur menuju Karbala untuk melayani para peziarah.

Perlu dicamkan bahwa banyak dari maukib-maukib ini didirikan oleh kalangan Sunni, Kristen, dan mazhab, agama, serta kaum lain. Ini membuktikan bahwa Imam Husain a.s. bukan milik golongan atau suku tertentu, namun merupakan model bagi para kaum merdeka dunia; orang yang sendirian menghadapi kezaliman dan kerusakan, sehingga pantas mendapatkan penghormatan semacam ini.

Kehadiran jutaan orang di peringatan Arbain tiap tahunnya diabaikan oleh media-media Barat dan sejumlah media Arab. Mereka menutup mata dari kehadiran penuh gelora ini. Atau pun jika mereka sempat meliput, media-media ini menyimpangkannya atau menganggapnya sebagai peristiwa kecil atau terkait golongan tertentu.

Perilaku semacam ini hanya bisa dideskripsikan sebagai “dekadensi media”, sebab ini jenis sensor berita terburuk. Media-media ini secara keliru berpikir bahwa mereka bisa menghapus peristiwa agung ini dari lembaran sejarah atau membuatnya terlupakan dengan tindakan tidak etis dan tidak profesional ini.

Namun mereka sama kelirunya seperti kelompok Takfiri dan sisa-sisa Partai Baath. Sejarah bersaksi bahwa kebangkitan Karbala tidak bisa dihapus dari benak masyarakat dunia. Bukti terbaik adalah bahwa saat Saddam jatuh di tahun 2003, jumlah peziarah Arbain hanya sekitar 3 juta, namun tahun ini jumlahnya lebih dari 22 juta orang.

Seorang pengamat netral, bahkan tanpa ilmu politik sekali pun, akan tahu bahwa media-media Barat-Arab akan meliput secara luas berita tindakan kecil para perusuh, pesta-pesta LGBT, dan penyimpangan moral dengan alasan kebebasan keyakinan dan liputan berita netral.

Media-media ini membesar-besarkan sebuah kejadian negatif, bahkan meski kejadian itu sendiri adalah peristiwa remeh di Irak. Oleh karena, jelas mereka secara sadar dan sengaja mengabaikan peliputan Arbain, dengan khayalan bahwa tindakan ini akan merugikan bangsa Irak, Islam, dan Syiah.