Narasi Kubu Zionis Soal Teror 3 Komandan Jihad Islam

Share

POROS PERLAWANAN-Harian Yedioth Ahronoth pada Senin 15 Mei membeberkan sejumlah detail terkait teror terhadap 3 komandan Jihad Islam pada Selasa dini hari pekan lalu.

Diberitakan Fars, usai teror tersebut, faksi-faksi Perlawanan dalam sebuah aksi terpadu menembakkan ratusan rudal dan roket ke arah Tanah Pendudukan. Dalam tempo hanya 5 hari, Tel Aviv meminta mediasi dan PBB untuk memberlakukan gencatan senjata sementara.

Berdasarkan kutipan Quds Online dari Yedioth Ahronoth, sumber-sumber Zionis mengeklaim bahwa serangan teror itu dilakukan secara bersamaan dan hanya ada selisih 4 detik antara satu serangan dengan serangan lain.

Jihad Ghanam gugur di Rafah, sementara Khalil al-Buhtaini dan Tariq Izzuddin bersama 10 orang lain, termasuk anak dan istrinya, syahid di Gaza.

Menurut klaim Yedioth Ahronoth, teror-teror ini merupakan pukulan telak bagi Jihad Islam. Operasi ini berlangsung selama 116 jam, sementara drone dan berbagai pesawat terbang selama 4 ribu jam di langit Gaza untuk melakukan pengintaian. Harian ini mengaku bahwa akhirnya 289 target telah diserang.

Yedioth Ahronoth menulis bahwa setelah Jihad Islam menembakkan rudal di bulan Ramadan, yang disusul insiden-insiden di Masjid Aqsa hingga dimulainya operasi pada Selasa lalu, para pemimpin senior Jihad Islam diawasi oleh Shin Bet. Kabarnya operasi teror ditunda sedikitnya 2 kali lantaran kondisi operasional dan kecenderungan Tentara Israel untuk melakukan teror di saat bersamaan dan secara mendadak agar peluang keberhasilannya meningkat.

PM Israel Benyamin Netanyahu mengeklaim bahwa tujuan-tujuannya telah tercapai selama agresi 5 hari ke Gaza. Meski begitu, banyak pakar dan analis Zionis sendiri yang menyebut Tel Aviv sebagai pecundang dalam perang ini, sebab gagal mewujudkan tujuan-tujuannya sejak awal agresi.

Menurut para pakar Israel, Netanyahu gagal dalam “memaksakan elemen waktu” guna mengakhiri agresi ini dengan “cara yang menguntungkan Israel.” Kegagalan ini terlihat bahwa hanya beberapa jam setelah Netanyahu menyatakan “mustahil Israel menyepakati gencatan senjata bersyarat dalam waktu dekat”, tiba-tiba Tel Aviv mengumumkan kesepakatan gencatan senjata dengan Perlawanan Palestina.