Saudi Kecewa dan Merasa ‘Ditinggalkan Sendirian’ oleh AS

Share

POROS PERLAWANAN – Mantan Kepala Intelijen Saudi, Pangeran Turki al-Faisal mengatakan bahwa Saudi telah dibuat putus asa oleh sikap AS dalam menghadapi ancaman-ancaman keamanan Ansharullah untuk Saudi dan Kawasan.

“Saudi menganggap hubungan dengan AS strategis. Namun saat kami percaya bahwa Saudi dan AS harus bahu membahu untuk menghadapi ancaman bersama atas keamanan dan stabilitas, AS justru meninggalkan kami sendirian,” keluhnya dalam wawancara dengan Arab News.

Dilansir al-Alam, meski al-Faisal pernah lama menjabat sebagai Dubes Saudi di Washington, tampaknya ia masih dihinggapi ilusi bahwa AS bisa melakukan segala hal, namun enggan membantu Riyadh dalam menghadapi Sanaa.

Dia belum sadar bahwa Koalisi AS, UEA, Saudi, Rezim Zionis, Inggris, dan negara-negara Barat lain sudah gagal menundukkan Yaman. Koalisi gemuk AS, terkecuali para pangeran Saudi seperti al-Faisal, Bin Salman, dan selainnya, telah memahami bahwa rakyat Yaman mustahil ditaklukkan, bahkan meski perang berlangsung selama beberapa dekade.

Sepertinya al-Faisal berharap bahwa AS dan Inggris meniru Sudan, yang mengirim pasukannya sebagai proksi orang-orang Saudi di perang Yaman; orang-orang yang mengira bahwa uang berlimpah mereka bisa digunakan untuk memobilisasi seluruh dunia memerangi rakyat Yaman; rakyat yang tekad mereka lebih kukuh dari gunung.

Untuk membuktikan ucapannya bahwa AS telah meninggalkan Saudi, al-Faisal berkata bahwa Joe Biden telah menghentikan dukungannya untuk Riyadh di perang Yaman dan menarik sistem pertahanan udaranya dari Saudi.

Namun statemen ini berlawanan dengan pernyataan para diplomat Barat, yang mengatakan bahwa AS dalam bulan-bulan terakhir telah menambah sokongan untuk Saudi. Meski AS berganti presiden, dukungan Wahington kepada Saudi tidak akan berubah, sebab agresi ke Yaman adalah proyek AS-Israel yang dieksekusi oleh Saudi dan UEA.

Satu-satunya kebenaran dalam pernyataan al-Faisal adalah bahwa Ansharullah merupakan ancaman bagi kepentingan ilegal Washington, Tel Aviv, dan Riyadh di Yaman serta Kawasan.

Para pangeran Saudi menyalahkan AS karena enggan mengirim tentaranya untuk meregang nyawa di Yaman. Namun AS tahu benar siapa yang ia hadapi di Yaman. Sebab itu, AS hanya menggunakan senjata blokade, sanksi, rudal, dan bom untuk melawan rakyat Yaman.