Ulyanov: Seiring Kemajuan Perundingan Wina, Kelompok Penentang JCPOA Kian Aktif dan Provokatif

Share

POROS PERLAWANAN – Wakil Rusia di organisasi-organisasi internasional di Wina, Mikhail Ulyanov kembali menegaskan, negara-negara partisipan dalam Perundingan Wina bertekad untuk mencapai hasil.

“Perlu disebutkan bahwa dengan adanya kemajuan dalam Perundingan Wina, para penentang JCPOA menjadi lebih aktif dan provokatif di ruang publik,” cuit Ulyanov, diberitakan Fars.

Dia menilai bahwa klaim-klaim para penentang JCPOA tidak berdasar dan memprihatinkan. “Tujuan mayoritas mutlak negara-negara, termasuk 4+1 (Inggris, Prancis, Rusia, China, dan Jerman) adalah menghidupkan kesepakatan nuklir dan mencabut sanksi,” tandasnya.

Pada Jumat kemarin, Menlu Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa Moskow dan Beijing memiliki pandangan seragam terkait pengaktifan kembali JCPOA.

Lavrov berkata, ada kemajuan dan kecenderungan nyata dalam Perundingan Wina untuk menghidupkan kesepakatan nuklir dengan Iran.

Sebelum ini, Jubir Kemenlu AS Ned Price mengakui, tidak mungkin ada penentuan tenggat atau dead line untuk tercapainya hasil dalam Perundingan Wina.

Putaran baru perundingan Iran dengan Grup 4+1 telah dimulai sejak 2 minggu lalu. Para pejabat AS dan Eropa mengklaim ada kemajuan dalam perundingan. Namun kemajuan itu tidak memadai untuk harapan tercapainya sebuah kesepakatan.

Diplomat-diplomat Eropa mengatakan, sebagian besar perundingan berpusat pada tuntutan Iran untuk mengambil garansi kelanggengan JCPOA. Meski begitu, Pemerintahan Joe Biden berkata tidak bisa memberikan janji apa pun terkait masalah ini.

Sejak dimulainya putaran perundingan pertama di era kepresidenan Ebrahim Raisi ini, negara-negara Barat berusaha menekan Teheran dengan menentukan tenggat agar Tim Iran menyetujui permintaan mereka.

Kendati demikian, Delegasi Iran menegaskan bahwa bagi Teheran, hasil lebih penting daripada waktu. Teheran berupaya menjadikan JCPOA sebagai kesepakatan kedua belah pihak yang seimbang, setelah di hari-hari pertama pelaksanaannya telah berubah menjadi kesepakatan yang tak memberikan keuntungan ekonomi kepada Iran akibat kebijakan-kebijakan AS dan Eropa.