Wasekjen Hizbullah: Kami 2 Kali Gagalkan Proyek ‘Timur Tengah Baru’

Share

POROS PERLAWANAN – Diberitakan Fars, bersamaan dengan dimulainya aktivitas kampanye Hizbullah, Wasekjen Hizbullah, Syekh Naim Qasim menyatakan bahwa pihaknya menghendaki agar Pemilu dilangsungkan tepat pada waktunya.

Menukil dari Syekh Qasim, al-Ahed melaporkan bahwa tidak ada tanda-tanda Pemilu akan diadakan di luar waktu yang telah ditentukan. Justru semua pertanda menunjukkan Pemilu akan berlangsung tepat waktu.

“Serangan kepada Hizbullah dilakukan karena kemenangannya atas Israel di tahun 2000, juga lantaran Hizbullah 2 kali menggagalkan proyek Timur Tengah Baru; satu kali secara langsung dalam Perang 33 Hari 2006, dan satu kali secara tidak langsung saat Hizbullah terlibat dalam pembelaan untuk Suriah,” jelas Syekh Qasim.

“Koordinasi antara Hizbullah dan Tentara (Lebanon) dalam bingkai Segitiga Tentara-Rakyat-Perlawanan untuk menghadapi Israel dan Takfiri telah membuat musuh goyah, sehingga mendorong mereka memikirkan cara menciptakan gangguan dalam Segitiga ini,” imbuhnya.

Terkait pertanyaan “Lebanon seperti apa yang dikehendaki AS”, Syekh Qasim mengatakan, ”AS menginginkan Lebanon yang lemah. Sebab itu, AS menjatuhkan sanksi agar negara ini bergantung kepadanya, memenuhi syarat-syaratnya, dan mendukung terjadinya kekacauan serta kerusuhan di Lebanon.”

Menegaskan slogan Hizbullah dalam kampanye, yaitu “Kami bertahan, mendukung, dan membangun”, Syekh Qasim berkata, ”AS akan tumbang… Kami mengandalkan kotak-kotak suara, bukan sekadar klaim.”

Baru-baru ini, situs Lebanon al-Ahed melaporkan, usai kegagalan terorisme ekonomi dalam membendung Hizbullah, kini AS dikabarkan telah meningkatkan jumlah LSM-LSM yang didanainya hingga dua kali lipat.

Menurut al-Ahed, LSM-LSM ini mengemban misi untuk merongrong semangat rakyat Lebanon dan mendiskreditkan Hizbullah agar kelompok ini kehilangan kursinya di Parlemen Lebanon.

Analis Israel, Ehud Yaari dalam laporannya di Kanal 12 mendorong dilakukannya upaya-upaya untuk mengalahkan Hizbullah di kotak-kotak suara dalam Pemilu Legislatif mendatang.

Ia mengklaim, “Ada kemungkinan bahwa Hizbullah dan para sekutunya akan kehilangan mayoritas suara dalam Pemilu yang akan datang.” Menurut Yaari, itu adalah sebuah peluang nyata, bahkan meski belum ada jaminannya.