Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Analisis Kejahatan Amerika di Dunia dan Suplai Persenjataan kepada Rezim-rezim Diktator

Analisis Kejahatan Amerika di Dunia dan Suplai Persenjataan kepada Rezim-rezim Diktator

POROS PERLAWANAN – Kebijakan-kebijakan Amerika, yang membawa bencana bagi masyarakat dunia, tak luput dari kecaman sejumlah kalangan elite dalam negeri. Orang-orang ini menyebut negara mereka sebagai pemimpin sindikat kriminal di dunia. Inilah yang mendorong para sekutu Amerika melunturkan hubungan dengan Washington dan beralih ke negara-negara lain seperti Rusia dan China.

Dilansir al-Alam, beberapa hari lalu ekonom ternama Amerika, Jeffrey Sachs membuka borok Pemerintah Amerika, dengan menyatakan bahwa sejak 1992, Washington sudah menyiapkan rencana terkait Ukraina. Menurut Sachs, kegilaan supremasi Amerika telah membuatnya berkhayal untuk menguasai dunia.

“Saya sampaikan sebuah rahasia kepada Anda: Amerika berbohong, sebab sejak tahun 1992 ia sudah memiliki program-program untuk memperluas NATO, termasuk di Ukraina,” kata Sachs dalam sebuah video.

Seraya menyebut Amerika sebagai negara arogan, ia menambahkan, ”Amerika percaya bahwa dirinya menguasai dunia, satu-satunya negara adidaya, dan bisa melakukan apa pun semaunya.”

“Dikarenakan nilai-nilai ini dan perilaku orang-orang Amerika, negara ini mengizinkan dirinya melakukan apa pun sesuka hatinya, baik itu sabotase, penggulingan pemerintahan, perang dengan dalih-dalih kosong, atau pengeboman Belgard dan Libya… Jangan menunggu untuk mendapatkan kebenaran, karena Anda tidak akan memperolehnya,” kata Sachs.

Di lain pihak, salah satu pendiri SPRI (Security Policy Reform Institute), Stephen Semler dalam tulisannya di The Intercept menyatakan bahwa Presiden Joe Biden bicara soal demokrasi dan HAM di saat Amerika pada 2022 menjual senjata ke 84 negara yang dikuasai rezim-rezim diktator.

“Sejak berakhirnya Perang Dingin (1949-1991), Amerika adalah penjual senjata terbesar di dunia. Amerika mengkhususkan 40 persen dari total ekspor senjata untuk dirinya.”

“Berdasarkan data, 142 negara di tahun 2022 telah membeli senjata dari Amerika senilai total 85 miliar Dolar. Dari jumlah ini, ada 84 negara atau 57 persen yang diklasifikasikan sebagai rezim-rezim diktator,” imbuhnya.

Perlu dicamkan bahwa dalam statemen-statemennya, Biden melontarkan slogan kebebasan dan penumpasan kediktatoran. Ia mengeklaim bahwa di tahap pertama, penjualan senjata didasari evaluasi strategis dan HAM, bukan sekadar kepentingan ekonomi.

Berdasarkan statistik tahunan Kemenlu Amerika, Washington pada awal-awal tahun finansial ini telah menjual senjata senilai 206 miliar Dolar. Angka ini lebih tinggi dari level tertinggi di masa Donald Trump, yaitu 192 miliar Dolar.

Ini menunjukkan fakta bahwa tidak ada perbedaan antara Pemerintahan Demokrat atau Republik, atau antara Pemerintahan Biden dan Trump dalam masalah ini. Sebab itu, bisa dikatakan bahwa saat Amerika bicara soal demokrasi dan HAM, itu adalah dusta belaka. Dukungannya untuk Rezim Zionis adalah bukti atas fakta ini.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *