Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Demokrasi Ala Bahrain: Penjarakan Oposisi dan Libatkan Orang Asing di Pemilu Palsu

POROS PERLAWANAN – Rezim Al Khalifa berkhayal bahwa kotak-kotak suara di Pemilu Bahrain “terisi penuh”, padahal “pesta demokrasi’” ini berlangsung tanpa adanya antusiasme dan minat dari rakyat. Ini menunjukkan bahwa Pemilu tersebut tak lebih dari sekadar sandiwara belaka.

Dilansir al-Alam, Rezim Al Khalifa mengadakan Pemilu sandiwaranya setelah dalam tahun-tahun terakhir mencabut kewarganegaraan para penentang dan memenjarakan mereka disertai penyiksaan. Di lain pihak, Rezim Manama memberikan kewarganegaraan kepada orang-orang yang tidak ada kaitan dengan Bahrain, bahkan tak tahu bahasa negara ini!

Persekusi, penangkapan, penyiksaan, perubahan struktur sosial, dan kondisi sulit ekonomi telah meningkatkan level ketegangan di masyarakat, juga menambah kesenjangan antara Rezim Bahrain dan rakyat.

Saat ini, Rezim Al Khalifa menggunakan “warga impor” untuk melindungi diri dan menutup kesenjangan ini.

Dengan mengadakan “Pemilu”, penguasa Bahrain berupaya mengesankan diri sebagai model modern di antara negara-negara Arab karena telah memberi kesempatan kepada rakyat untuk “berpartisipasi”; sesuatu yang membuat senang Uni Eropa dan Inggris. Model seperti ini dirancang oleh Dinas Intelijen Inggris demi meringankan tekanan terhadap Rezim Al Khalifa di level internasional.

Pada hakikatnya, Pemilu di setiap negara di dunia adalah kompetisi politik antara mereka yang berkuasa dan kubu oposisi. Dengan demikian, ketika para penentang Rezim Bahrain berada di dalam penjara, lalu Pemilu seperti apa yang dibicarakan Al Khalifa? Selain itu, Amnesti Internasional juga menyatakan bahwa tak ada pengawasan internasional atas Pemilu ini; sesuatu yang membenarkan bahwa Pemilu ini ilegal dan tak lebih dari dagelan.

Kubu oposisi Bahrain menegaskan bahwa level partisipasi dalam Pemilu sangat rendah. Wasekjen al-Wifaq, Husain al-Dahi mengumumkan bahwa persentasi partisipasi rakyat hanya 35 persen, ditambah adanya banyak pelanggaran yang terjadi selama Pemilu berlangsung.

Salah satu bentuk pelanggaran adalah dipaksanya Tentara Bahrain untuk memberikan suara kepada kandidat-kandidat yang sudah ditentukan sebelumnya.

Rezim Al Khalifa juga memberi kewarganegaraan kepada orang-orang asing serta memaksa mereka memberikan suara, dengan tujuan untuk mengisi tempat kosong warga Bahrain yang memboikot Pemilu.

Namun dengan adanya semua ini, Manama masih mengklaim bahwa partisipasi dalam Pemilu mencapai 73 persen!

Rezim Bahrain adalah contoh dari rezim-rezim kolot di Kawasan, yang menggunakan para algojo asing untuk mempersekusi dan menindas rakyat, serta membeli dukungan dari orang-orang asing dengan cara memberi kewarganegaraan kepada mereka.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *