Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Geliat ‘Cuci Tangan’ Bin Salman untuk Terbebas dari Beban ‘Sejarah Berdarah’ Wahabisme

Geliat 'Cuci Tangan' Bin Salman untuk Terbebas dari Beban 'Sejarah Berdarah' Wahabisme

POROS PERLAWANAN – “Gerakan Abdulwahab (Wahabisme) adalah ideologi keagamaan yang telah membantu pemerintah pertama Dinasti Saud dalam perluasannya. Setelah itu, misi bersejarahnya telah rampung. Sama seperti Protestanisme yang merupakan ideologi Inggris dan AS saat didirikan dan hari ini sudah berakhir serta menjadi bagian dari sejarah.”

Statemen dalam rangka ucapan belasungkawa untuk Wahabisme ini diungkapkan oleh Turki al-Hamad, penulis Saudi yang dekat dengan Muhammad bin Salman.

Dilansir al-Alam, al-Hamad disebut-sebut sebagai corong propaganda paling terkemuka untuk Putra Mahkota Saudi. Cuitan di atas, yang merupakan deklarasi bahwa Wahabisme sudah menjadi bagian sejarah dan tak lagi memiliki peran, dalam rangka upaya-upaya Bin Salman untuk membebaskan dirinya dari sejarah berdarah Saudi, sejak awal didirikan hingga sekarang.

Upaya Bin Salman tak hanya terbatas pada belasungkawa untuk Wahabisme saja, tapi juga mencakup pengubahan sejarah Arab Saudi sendiri.

Sebelum ini, al-Hamad dalam salah satu tweet-nya menulis, ”Hari Pembentukan (Saudi) pada hakikatnya adalah hari ketika Muhammad bin Saud menerima tanggung jawab untuk memerintah di al-Diriyah, bukan hari kesepakatan bersejarah antara Pangeran dan Syekh Muhammad bin Abdulwahab. Hal ini mendukung kemadanian Pemerintah di akar-akar awalnya. Syekh datang ke al-Diriyah sebagai pemohon bantuan, bukan sebagai pendukung atau pendiri. Hal ini akan menjawab banyak pertanyaan seputar jati diri Pemerintah di Saudi.”

Namun, upaya Bin Salman dan corong-corong propagandanya tidak bisa membebaskan Dinasti Saud dari karakteristik terorisme Wahabi. Masyarakat dunia dan Barat tahu bahwa kepemimpinan Saudi ada di tangan para pangeran Saud, bukan para syekh Wahabi (keturunan Muhammad bin Abdulwahab).

Para pangeran Saudi adalah orang-orang yang bertugas menyebarkan Wahabisme di dunia dan menggunakannya sebagai alat untuk menghancurkan negara dan masyarakat Islam. Fakta ini diakui sendiri oleh Bin Salman. Ia berkata, ”AS meminta dari Saudi untuk menggunakan Wahabisme dalam perang terhadap musuh-musuh AS di dunia dalam rentang 3 dekade terakhir, termasuk Uni Soviet di Afghanistan.”

Apa yang disembunyikan Bin Salman dalam statemennya adalah AS menggunakan Wahabisme dalam menciptakan ISIS, al-Qaeda, dan kelompok-kelompok Teroris-Takfiri lainnya, juga dalam perang-perangnya di Irak, Suriah, Lebanon, Yaman, Libya, Somalia dan lainnya. Dengan cara ini, AS bukan hanya berusaha menjamin terwujudnya target dirinya dan Israel di Kawasan, tapi juga mencemarkan Islam dan mendiskreditkannya.

Hal lain yang perlu dicamkan adalah, Bin Salman berupaya mengesankan dirinya sebagai “pejuang melawan Wahabisme” dan “pembawa kabar gembira tentang pembentukan Pemerintahan ke-4 Saudi dengan identitas madani”. Namun, ia masih memperlakukan para penentang dan pengkritiknya dengan pola pikir Wahabisme.

Bin Salman memutilasi para penentangnya dengan gergaji, atau memancung mereka dengan pedang, atau memburu mereka di seluruh penjuru dunia. Hal ini yang membuat para sekutu terdekatnya menjauhi Putra Mahkota dan enggan menemuinya. Seperti yang kita lihat, Bin Salman sudah lama terkucil di Saudi dan tidak keluar dari negaranya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *