Loading

Ketik untuk mencari

Irak

Kepala PMU: Pejuang Perlawanan Irak Takkan Letakkan Senjata Sampai Pasukan AS Dipukul Mundur Sepenuhnya

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Ketua Unit Mobilisasi Populer (PMU) anti-teror Irak, yang juga dikenal sebagai Hashd al-Sha’abi, Falih al-Fayyadh mengatakan bahwa para pejuang Perlawanan tidak akan meletakkan senjata atau menghentikan operasi mereka sampai semua pasukan pendudukan Amerika dipukul mundur dari negara Arab.

“Kelompok Perlawanan bersenjata di Irak tidak memiliki masalah dalam menyerahkan semua senjata mereka,” kata Falih al-Fayyadh dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi satelit Al Sharqiya Irak pada Jumat malam.

“Tapi ini tidak akan terjadi sampai Pemerintah Irak berikutnya terbentuk, dan semua pasukan AS menarik diri dari negara itu.”

Fayyadh menekankan bahwa Hashd al-Sha’abi sebelumnya telah menyetujui permintaan dari ulama Syiah berpengaruh dan pemimpin Gerakan Sadrist, Muqtada al-Sadr, untuk mengambil senjata ilegal dari tangan kelompok bersenjata dalam beberapa bulan.

Kepala PMU melanjutkan dengan menegaskan bahwa kelompok Perlawanan tidak memiliki hubungan dengan Pemerintah Irak atau Hashd al-Sha’abi dan bahwa Komite Koordinasi Perlawanan Irak berfungsi sebagai “Badan Spiritual” dengan “tidak ada campur tangan” antara kegiatan PMU dan kelompok Perlawanan Irak.

“Ada kemungkinan bahwa ada kesamaan individu antara kekuatan Hashd al-Sha’abi dan kekuatan Perlawanan, tetapi tidak ada hubungan langsung di antara mereka,” kata mantan Penasihat Dewan Keamanan Nasional Irak tersebut.

“Hashd Sha’abi telah mengeluarkan pernyataan di masa lalu yang menyatakan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan operasi apa pun yang dilakukan oleh kelompok Perlawanan,” dia menambahkan.

Sentimen anti-Amerika telah mendapatkan momentum yang cukup besar di Irak akibat petualangan politik dan militer AS di Kawasan, khususnya sejak pembunuhan Komandan Anti-Teror Iran, Letnan Jenderal Qassem Soleimani, dan rekan-rekannya dalam serangan pesawat tak berawak AS di Irak pada awal 2020.

Jenderal Soleimani, Komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, dan Abu Mahdi al-Muhandis, Komandan kedua dari Unit Mobilisasi Populer Irak (PMU), menjadi martir bersama dengan rekan-rekan mereka akibat serangan pesawat tak berawak AS yang disahkan oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020.

Dua Komandan Anti-Teror yang ikonik ini sangat dikagumi karena peran instrumental mereka dalam memerangi dan menghancurkan kelompok teroris Takfiri ISIS di Kawasan, khususnya di Irak dan Suriah.

Dua hari setelah serangan pengecut itu mengguncang Kawasan, anggota parlemen Irak dengan suara bulat menyetujui RUU yang mengharuskan Pemerintah untuk mengakhiri kehadiran semua pasukan militer asing pimpinan AS di negara Arab itu.

Karena keengganan Baghdad untuk mengusir pasukan asing dalam jangka waktu yang ditentukan, konvoi koalisi pimpinan AS di Irak sering menjadi sasaran kelompok Perlawanan.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *