Lapid Ancam Bongkar Dusta Netanyahu Soal Kemampuan Israel Serang Iran
POROS PERLAWANAN – Mantan PM Israel dan pemimpin oposisi, Yair Lapid pada Minggu malam 5 Maret melayangkan ancaman kepada Benyamin Netanyahu. Lapid berkata akan membongkar dusta-dusta Netanyahu terkait kemampuan Tel Aviv untuk menghadapi Teheran.
“Jika Netanyahu tidak menghentikan kebohongan soal kesiapan terkait Iran, saya akan terpaksa menjabarkan semua lubang dan ketidakbecusan dirinya, yang akhirnya telah kami ubah,” cuit Lapid, diberitakan al-Alam.
Cuitan Lapid ini mengarah kepada kekalahan Netanyahu dalam Pemilu di Tanah Pendudukan dan terbentuknya Pemerintahan Bergilir pada 2021. Berdasarkan kesepakatan saat itu, Naftali Bennett dan Lapid akan bergantian memimpin Kabinet Israel sebagai Perdana Menteri.
“Saya sarankan agar Netanyahu tidak banyak bicara soal kesiapan melawan Iran. Lebih penting dari itu, ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan,” imbuh Lapid.
Sebelum ini, Netanyahu dalam wawancara dengan Kanal 14 Israel dan laporan Bloomberg bahwa pengayaan uranium Iran telah mencapai level tinggi, mengeklaim bahwa Israel “mampu menghadapi Iran”.
Netanyahu dalam wawancara tersebut mengumbar sejumlah klaim lain, yang dipandang para analis sebagai upayanya untuk berkelit dari krisis domestik Israel.
Ia berujar, ”Yang tidak diketahui orang-orang adalah bahwa dalam beberapa pekan lalu, saya mengadakan 8 hingga 9 pertemuan terpisah. Saya bisa katakan dengan jelas bahwa kita akan melakukan apa yang harus dan perlu untuk dilakukan, demi mencegah Iran mendapatkan kekuatan yang bisa menyelamatkannya dari kehancuran.”
Di lain pihak, Bloomberg dalam laporannya pekan lalu mengutip dari 2 diplomat anonim, yang menyatakan bahwa dalam inspeksi nuklir yang dilakukan di Iran pekan silam, sejumlah uranium yang sudah dikayakan dalam level tinggi telah ditemukan.
Iran menyebut tudingan ini sebagai pendiskreditan dan penyelewengan fakta. Teheran menegaskan bahwa keberadaan secuil atau beberapa cuil uranium di atas 60 persen dalam proses pengayaan tidak berarti bahwa Iran mengayakannya melebihi 60 persen.
